Beda Cara Catat Data Kematian Pemprov Jatim & Pemkot Surabaya
Data kematian Covid-19 di Kota Surabaya yang dirilis Pemprov Jawa Timur (Jatim) dengan data versi Pemkot Surabaya tak sinkron. Hal ini dipicu oleh perbedaan cara mencatat data kematian terkait Covid-19 antara kedua pihak.
Data yang dirilis Pemprov Jatim mencantumkan angka rata-rata 1 sampai 10 kematian per hari, bahkan sempat 0 kasus dalam beberapa hari. Sedangkan data pemakaman Covid-19 milik Pemkot Surabaya bisa mencapai rata-rata 100 kejadian per hari.
Merujuk data yang Pemprov Jatim, tercatat pada 1 Juli ada 2 kasus kematian, 2 Juli sebanyak 2 kasus, 3 Juli 3 kasus, 4 Juli 2 kasus, 5 Juli 3 kasus, 6 Juli 3 kasus, 7 Juli 2 kasus, 8 Juli 2 kasus, 9 Juli 3 kasus, 10 juli 2 kasus, 11 Juli 1 Kasus, 12 Juli 3 kasus, 13 Juli 2 kasus.
Kemudian 14 Juli 0 kasus, 15 Juli 3 kasus, 16 Juli 4 kasus, 17 Juli 8 kasus, 18 Juli 0 kasus, 19 Juli 22 kasus, 20 Juli 5 kasus, 21 Juli 13 kasus, 22 Juli 23 kasus, 23 Juli 31 kasus, 24 Juli 41 kasus, dan 25 Juli 27 kasus.
Sedangkan data pemakaman menggunakan protokol Covid-19 yang dipublikasikan Pemkot Surabaya rinciannya yakni 1 Juli sebanyak 96 pemakaman, 2 Juli 100 pemakaman, 3 Juli 122 pemakaman, 4 Juli 96 pemakaman, 5 Juli 117 pemakaman.
Lalu 6 Juli 114 pemakaman, 23 Juli 114 pemakaman, 8 Juli 137 pemakaman, 9 Juli 134 pemakaman, 10 Juli 137 pemakaman, 11 Juli 150 pemakaman, 13 Juli 152 pemakaman, 14 Juli 142 pemakaman, 15 Juli 162 pemakaman, dan 16 juli 137 pemakaman. Sementara data pemakaman sepanjang 17 sampai 25 Juli belum dipublikasikan.
Lihat Juga : |
Dikonfirmasi terkait hal itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan data kematian yang dirilis Pemprov Jatim itu adalah kasus Covid-19 dengan disertai hasil swab PCR.
Hal itu sebagaimana sistem laporan kasus kematian dalam pelaporan New All Record (NAR) yang diatur Kementerian Kesehatan.
"Sebenarnya begini ketika ada data yang masuk dalam NAR Kemenkes, itu adalah posisi [kasus kematian] yang ditarik dari [hasil] PCR, sehingga Pemprov [dengan Pemkot Surabaya] melihatnya dari titik yang berbeda," kata Eri, Senin (26/7).
Perbedaan yang dimaksudkan Eri, Pemprov Jatim hanya mempublikasikan kasus kematian yang disertai hasil swab PCR. Sementara pihaknya menampilkan data kematian suspek dan probable atau kasus yang belum memiliki hasil swab PCR.
Eri mengatakan banyak warga meninggal saat mengalami gejala Covid-19 berat. Mereka pun wafat sebelum hasil PCR keluar. Bahkan, tak sedikit di antara mereka tidak sempat menjalani tes swab PCR.
"Kami tahu betul di tempat pemakaman, karena pasti ada dari rumah sakit, dari warga ke pemulasaraan, kan yang meninggal itu semua prokes, sehingga kami tahu betul berapa per harinya," ujarnya.
Politikus PDI Perjuangan itu menyebut pihaknya harus jujur melaporkan angka kematian agar warga Surabaya waspada bahaya Covid-19. Selain itu, pihaknya juga memiliki pertimbangan menentukan kebijakan selanjutnya.
"Saya harus jujur mengatakan itu semua, baik yang ada di Pemakaman Keputih maupun yang ada di pemakaman umum, tapi sudah suspek dan probable," katanya.
Sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Jatim Herlin Ferliana menyebut data resmi kasus kematian Covid-19 di wilayahnya merupakan kasus yang sudah terkonfirmasi positif.
"Yang ditulis kematian akibat Covid-19 itu, adalah kematian yang data pendukungnya sudah ada, jadi dia meninggal karena Covid-19 karena sudah ada hasil laboratorium," ujarnya.
(frd/fra)