Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengungkap ada pergeseran arah guguran kubah lava Gunung Merapi sebulan ini.
Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida menjelaskan arah guguran yang semula dominan ke Kali Boyong atau sisi barat daya, sebulan ini cenderung ke arah Kali Bebeng di sisi selatan-barat daya.
"Awal-awal dominannya itu adalah ke arah Kali Boyong. Mulai 13 Juli sampai dengan 13 Agustus ini sekarang yang dominan ke (Kali) Bebeng," kata Hanik dalam laporan aktivitas Gunung Merapi yang disiarkan secara daring, Jumat (13/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk awan panas guguran, BPPTKG mencatatkan 28 kali kejadian dalam sepekan ini dengan jarak luncur maksimal 3 Kilometer ke arah barat daya.
Kejadian awan panas juga berbuntut pada terjadinya hujan abu di sejumlah wilayah Jawa Tengah pada 10 dan 12 Agustus 2021. Antara lain di Kecamatan Dukun, Sawangan, Grabag, Pakis, Tegalrejo, Secang, Srumbung, Salam, Muntilan, dan Mungkid.
Sedangkan untuk guguran lava teramati sebanyak 252 kali seminggu ini. "Ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter dan satu kali ke arah tenggara dengan jarak luncur 500 meter," sambung Hanik.
Berdasarkan pengamatan dari Stasiun Kamera Deles 5, Ngepos, dan Babadan 2, terpantau ada perubahan morfologi pada kubah lava barat daya. Musababnya adalah aktivitas guguran kubah dan awan panas guguran yang meningkat pada minggu ini.
"Kubah lava tengah kawah relatif tetap. Kubah lava barat daya mengalami perubahan morfologi akibat runtuhnya sebagian material ke arah Kali Bebeng. Namun posisi kubah lava 2021 masih stabil," ungkapnya.
Adapun kubah lava barat daya berdasarkan hasil pantauan kamera yang ada saat ini volumenya mencapai 1.832.000 meter kubik. Laju rata-rata 13 ribu meter kubik per hari.
![]() |
Sedangkan volume kubah lava di sektor tengah sudah terpantau 2.808.000 meter kubik. Laju rata-rata 18 ribu meter kubik per hari.
Lebih jauh, Hanik menyampaikan intensitas kegempaan pada pekan ini masih cukup tinggi. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan EDM minggu ini menunjukkan laju pemendekan jarak sebesar 7,7 centimeter per hari.
Dengan situasi ini, BPPTKG masih tetap mempertahankan status Gunung Merapi. "Tingkat aktivitas Merapi masih di tingkat Siaga (Level III)," lanjut Hanik.
Masyarakat diimbau selalu waspada terhadap berbagai potensi bahaya saat ini, berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 kilometer ke arah Sungai Woro, dan sejauh 5 kilometer ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," pungkasnya.
(kum/arh)