80 Persen Spesimen Sebulan Terakhir Teridentifikasi Delta
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan 80 persen hasil pemeriksaan spesimen lanjutan menggunakan metode whole genome sequence (WGS) dalam sebulan terakhir, teridentifikasi sebagai mutasi virus SARS-CoV-2 varian Delta B1617.2
Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, menyebut varian Delta saat ini tengah diwaspadai di seluruh negara lantaran sifatnya yang mampu menyebabkan penularan virus corona lebih agresif dan masif.
"Per 18 Agustus, sudah lebih dari lima ribu sequencing dilakukan dengan 80 persen hasilnya adalah varian Delta," kata Nadia dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube Lawan Covid19 ID, Rabu (18/8).
Nadia menyebut, berdasarkan kajian dan penelitian ahli secara global, ditemukan fakta bahwa varian Delta memiliki kemampuan penularan virus 6-8 kali lebih cepat daripada varian Covid-19 lainnya.
Lihat Juga : |
Ia juga mengatakan bahwa varian yang pertama kali diidentifikasi di India ini memiliki sifat yang mampu membuat seorang penyintas Covid-19 berpotensi mengalami perburukan gejala.
Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes itu lantas mengimbau kepada sejumlah daerah yang mengalami kenaikan kasus varian Delta dalam sebulan terakhir, untuk lebih waspada dalam mengendalikan situasi pandemi Covid-19 di daerahnya masing-masing.
"Aceh, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua dengan angka testing rate di bawah rata-rata nasional," kata dia.
Kendati Nadia tidak merinci sebaran daerah secara rinci, namun data terakhir Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa varian Delta telah menyebar di 28 provinsi Indonesia dengan jumlah 1.051 kasus
Selain varian Delta, Kemenkes juga mencatat 62 kasus varian B117 Alfa dan 17 kasus varian B1351 Beta. Ketiga varian tersebut merupakan 'Variant of Concern (VoC)' alias varian yang diwaspadai oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
WHO dalam hal ini, baru menetapkan ada empat varian yang masuk dalam kategori ini yaitu B117, B1351, B1617, dan P1. Hanya P1 yang belum dilaporkan teridentifikasi di Indonesia oleh pemerintah.
(khr/end)