Pelbagai mural di berbagai sudut kota di Indonesia sempat mencuri perhatian karena dianggap melanggar ketertiban umum sehingga dihapus aparat..
Dalam sepekan terakhir, berdasarkan catatan CNN Indonesia, penghapusan mural terjadi di Jakarta, Bandung, dan Banjarmasin.
Di ibu kota Jawa Barat, mural yang dihilangkan adalah gambar sosok pria mirip Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan masker menutupi mata dan hidung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Rabu (25/8), CNNIndonesia.com sempat melihat mural yang berada di Jalan Pasupati tersebut. Mural berukuran sekitar dua meter ini tidak terlihat seperti gambar baru, tapi sudah agak kusam. Tak jelas siapa pembuat mural tersebut. Hanya saja di bagian samping mural terdapat sebuah tulisan "Niskala'. Tulisan tersebut juga terdapat di bagian kerah sebelah kanan yang ukurannya lebih kecil.
Namun, pada malam harinya mural yang terada di jembatan layang atau fly over Pasupati tersebut sudah dihapus petugas. Pembuat mural bahkan sedang diburu.
![]() |
Di Jakarta, tepatnya di wilayah Kebon Kacang, Tanah Abang, mural yang berbunyi 'Kami Lapar Tuhan' juga dihapus dari pandangan publik.
Berdasarkan foto yang diabadikan jurnalis foto CNNIndonesia.com, mural itu terlihat bergambar televisi dengan tulisan pertama "Yang Bisa Dipercaya dari TV Cuma Adzan", dan tulisan kedua "Kami Lapar Tuhan". Sementara di samping gambar televisi, terdapat kalimat "Jangan Takut Tuan-tuan, Ini Cuma Street Art".
Kepala Satpol PP Kecamatan Tanah Abang, Budi Salamun mengklaim bahwa yang menghapus mural itu bukan aparat.
Ia menyebut pada Kamis (26/8) pagi sempat menerima laporan keberadaan mural dan telah mengeceknya langsung. Tapi pada sore hari, ia menerima laporan bahwa gambar telah dihapus.
"Tapi sore kami menerima berita juga dari luar, ada pertanyaan itu mural dihapus ya? Kami cek lagi ternyata iya (dihapus). Bukan dari kami, mungkin masyarakat di sekitar atau masyarakat yang mana," kata Budi saat dihubungi Kamis (26/8) malam.
![]() Mural kritik sosial dan politik mewarnai sejumlah titik di Jakarta, Rabu, 25 Agustus 2021. Mural tersebut merupakan wujud ekspresi dari sejumlah seniman serta sebagai media penyampaian kritik sosial dan politik kepada pemerintah di tengah pandemi. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono) |
Selain itu, juga ada mural bertuliskan 'Wabah Sebenarnya Adalah Kelaparan' yang sebelumnya berada di Jalan RE Martadinata, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Kepala Satpol PP dan Damkar Kota Banjarmasin Ahmad Muzaiyin menyampaikan mural itu dihapus agar tidak menimbulkan penafsiran yang beragam di masyarakat.
Mural 'Wabah Sebenarnya Adalah Kelaparan' itu ditulis di tembok dengan huruf kapital dan stroke hitam serta berlatar kuning. Di sudut kiri, tertulis kalimat 'Seni Bukan Kriminal'. Lokasi mural tersebut tak jauh dari Balai Kota Banjarmasin.
Selain karena menimbulkan multitafsir, Muzaiyin menilai coretan di tembok itu merusak keindahan ruang publik.
Pada pertengahan Agustus, mural dengan tulisan yang sama juga dihapus di Ciledug, Kota Tangerang. Mural itu terpampang di sebuah pintu seng di Jalan Wahidin Sudiro Husodo, Ciledug. Saat ini mural itu telah dicat ulang dengan warna cat lain sehingga tulisan di gambar tersebut tak lagi terlihat.
Camat Ciledug Syarifuddin mengklaim mural tersebut dihapus pada Selasa (17/8) atas permintaan warga. Menurutnya, mural semestinya tak dibuat di atas tembok ataupun pintu milik warga.
"Kalau dari sisi seni sih baguslah, tapi karena bukan pada tempatnya akhirnya jadi enggak nyaman," ucap Syarifuddin.
![]() |
Ada beberapa mural lain yang sudah lebih dulu dihapus pada pekan lalu. Misal mural wajah Presiden Jokowi yang tergambar di sekitar wilayah Batuceper, Kota Tangerang. Gambar tersebut sebelumnya memperlihatkan gambar wajah yang mirip dengan Jokowi namun pada bagian matanya ditutupi dengan tulisan 404: Not Found dan berlatar merah.
Kasubag Humas Polres Metro Tangerang Kota Kompol Abdul Rochim menyebut pihaknya menghapus mural tersebut karena menafsirkan gambar mirip Jokowi itu sebagai lambang negara dan pimpinan tertinggi dari institusi Korps Bhayangkara.
"Kami ini sebagai aparat negara ngelihat sosok Presiden dibikin kayak begitu, itu kan pimpinan negara, lambang negara. Kalau untuk media kan beda lagi penampakan, pengertian penafsiran. Kalau kami, itu kan pimpinan, panglima tertinggi TNI-Polri," jelasnya, Jumat (13/8).
![]() |
Mural lainnya yang juga dihapus adalah mural yang menyampaikan pesan 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit. Murah tersebut sebelumnya terletak di Bangil, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Mural terkait semula terpampang di sebuah tembok rumah kosong di Bangil, sejak pertengahan Agustus. Selain tulisan, mural itu juga menampilkan dua karakter menyerupai hewan. Tak diketahui siapa pelukisnya.
"Iya, benar kami yang menghapus. Saya dihubungi Satpol PP dan diminta untuk menghapus mural tersebut," kata camat setempat, Komari, Sabtu (14/8).
Alasannya, mural tersebut dianggap memiliki muatan tulisan yang tak pantas jika dibaca masyarakat. Apalagi gambar itu terpampang di sebuah tembok di bangunan yang berada di pinggir jalan.
Kepala Satpol PP Kabupaten Pasuruan Bakti Jati Permana mengatakan, mural itu dihapus lantaran telah melanggar Pasal 19 Peraturan Daerah Kabupaten Pasuruan Nomor 2 Tahun 2017 tentang ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.
Menurut Bakti, tembok rumah kosong itu sudah masuk ke sarana umum lantaran bangunan berada di pinggir jalan raya utama. Tak hanya itu, kata Bakti tulisan di mural itu juga dianggapnya memiliki muatan provokasi dan multi tafsir, sehingga dikhawatirkan masyarakat akan terhasut.
(wel/vws)