Presiden Joko Widodo telah menyerahkan surat presiden (surpres) usulan calon Panglima TNI baru pengganti Marsekal Hari Tjahjanto ke DPR pada Rabu (3/11).
Surat yang dibawa Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno itu mengusulkan nama Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa sebagai calon tunggal pengganti Hadi.
"Presiden usulkan satu nama untuk mendapat persetujuan. Karena itu Pak Mensesneg, Presiden menyampaikan Surpres mengenai usulan calon Panglima atas nama Jenderal Andika Perkasa," ujar Ketua DPR Puan Maharani usai menerima surpres itu di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (3/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Andika merupakan perwira tinggi TNI AD, berpangkat jenderal (bintang empat). Sejak 22 November 2018, ia menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) menggantikan Mulyono, seorang perwira tinggi TNI AD, seniornya lulusan Akmil 83.
Di TNI AD, Andika sendiri merupakan lulusan akademi militer (Akmil) 1987. Dia seangkatan dengan Letjen TNI Muhammad Herindra yang kini menjadi Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) mendampingi Prabowo Subianto.
Sebagai perwira tinggi TNI AD, karir pria kelahiran Bandung 21 Desember 1964i tu terbilang moncer atau cemerlang. Ia menghabiskan karier di Kopassus selama 12 tahun dengan menduduki berbagai jabatan. Di Korps Baret Merah, ia terakhir menduduki posisi Danton 32 Grup 3/Sandha Kopassus pada 2002.
Selama di Kopassus, menantu dari mantan Kepala BIN AM. Hendropriyono itu pernah melaksanakan sejumlah operasi. Di antaranya Operasi Teritorial di Timor Timur pada tahun 1992, operasi bakti TNI di Aceh (1994) dan pernah bertugas dalam misi operasi khusus di Papua.
Andika juga pernah mendapat promosi sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampre) setelah Joko Widodo dilantik menjadi Presiden RI ke-7. Kala itu, promosi membuat dirinya berpangkat Mayor Jenderal alias bintang dua.
Seorang pengamat militer Made Supriatma menyebut, Andika pernah memberi catatan gemilang saat menangkap Omar Al-Faruq, terduga teroris pimpinan Al-Qaeda pada 2002. Namun begitu, keterlibatan Andika dalam penangkapan Omar juga digarisbawahi Made, lantaran pada saat bersamaan posisi Kepala BIN dijabat mertuanya, Hendropriyono.
Selain mengenyam pendidikan kemiliteran, Andika juga tercatat juga mengikuti pendidikan umum. Semua itu dijalani Andika di Amerika Serikat. Masing-masing yakni, The Military College of Vermont, Norwich University; National War College, National Defense University; dan The Trachtenberg School of Public Policy and Public Administration, Universitas George Washington.