BPOM: Vaksin Booster Khusus Moderna Hanya Pakai Setengah Dosis
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut pemberian vaksin virus corona (Covid-19) dosis lanjutan atau booster yang menggunakan merek Moderna akan diberikan setengah dosis saja. Booster ini juga diberikan pada usia 18 tahun ke atas dan resmi mengantongi izin penggunaan darurat (EUA) pada hari ini.
Kepala BPOM Penny K Lukito menambahkan vaksin booster Moderna diberikan untuk dua skema, yakni pemberian secara homologous alias pemberian dosis vaksin 1-3 menggunakan Moderna, serta heterologous alias pemberian vaksin booster Moderna dapat berbeda dengan pemberian vaksin dosis 1 dan 2.
"Vaksin Moderna untuk homolog dan heterolog booster dengan dosis setengah dosis. Sebagai booster heterolog, Moderna untuk vaksin primer AstraZeneca, Pfizer, dan Johnson & Johnson," kata Penny dalam konferensi pers, Senin (10/1).
Vaksin Moderna ini memiliki kemampuan peningkatan rata-rata titer antibodi netralisasi sebesar 13 kali lipat setelah pemberian dosis booster.
Selain Moderna, Penny juga menyatakan pada hari ini BPOM tela menerbitkan EUA vaksin booster untuk empat merek lainnya. Yakni vaksin CoronoVac yang merupakan produksi PT Bio Farma (Persero) dari bahan baku vaksin Sinovac. Vaksin CoronaVac ditujukan untuk pemberian booster vaksin homologous.
Vaksin tersebut diberikan dengan ukuran satu dosis dengan kemampuan peningkatan rata-rata titer antibodi netralisasi sebesar 21-35 kali lipat pasca empat pekan vaksinasi. Vaksin selanjutnya yang mendapatkan EUA adalah vaksin Pfizer dengan ukuran pemberian satu dosis dan bersifat homologous.
"Pfizer diberikan sebanyak satu dosis minimal setelah enam bulan dari vaksinasi primer, untuk usia 18 tahun ke atas. Data-data menunjukkan keamanan dan KIPI sifatnya lokal dengan grade 1-2. Imunogenisitas menunjukkan nilai rata-rata titer antibodi netralisasi setelah sebulan sebesar 3,3 kali.
Kemudian selanjutnya vaksin AstraZeneca untuk skema homologous dengan pemberian satu dosis, dan memiliki imunogenisitas yang menunjukkan kenaikan titer antibodi sekitar 3,5 kali lipat pasca pemberian booster.
Dan selanjutnya vaksin Zifivax produksi PT Jakarta Bio Pharmaceutical Industry (JBio) yang juga diberikan untuk satu dosis dengan skema pemberian booster heterologous, dengan kemampuan peningkatan rata-rata titer antibodi netralisasi sebesar 30 kali pada subjek yang telah mendapat vaksin primer Sinovac atau Sinopharm.
Lima merek vaksin booster tersebut diberikan pasca enam bulan menerima suntikan vaksin Covid-19 dosis kedua, dan diberikan pada warga Indonesia sasaran vaksinasi berusia 18 tahun ke atas.
"Dalam hal ini ada lima sampai dengan saat ini, karena ada juga beberapa yang sedang uji klinik vaksin booster yang masih berlangsung dan dalam beberapa waktu hari lagi juga bisa kita putuskan EUA-nya," ujar Penny.
Program booster vaksin Covid-19 di Indonesia dijadwalkan mulai 12 Januari 2022. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan setidaknya 244 kabupaten/kota terpantau bisa melaksanakan program booster ini ke masyarakat umum.
Ratusan kabupaten/kota itu sudah memenuhi kriteria yakni sudah mencapai vaksinasi dosis pertama sebanyak 70 persen dan 60 persen dosis kedua. Menurut data Kemenkes, 21 juta orang telah tercatat menerima dua dosis vaksin Covid-19, dan mereka juga telah enam bulan lebih belum menerima vaksin Covid-19 lagi.
Kemenkes juga menargetkan sebanyak 100 juta orang menerima booster program pemerintah yang diberikan secara gratis melalui skema peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan. Sementara 121 juta lainnya bakal dibebankan biaya mandiri alias tidak gratis.
(khr/gil)