Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui bahwa kemungkinan gelombang penularan virus corona (Covid-19) varian omicron akan lebih tinggi dari varian delta yang terjadi pertengahan tahun lalu. Meskipun demikian, ia mengatakan pemerintah meminta masyarakat tidak panik.
"Kami juga sampaikan ke masyarakat bahwa memang kenaikan transmisi omicron akan jauh lebih tinggi dari delta, tapi yang dirawat jauh lebih sedikit," kata Budi dalam konferensi pers secara daring via youtube Sekretariat Presiden RI, Senin (10/1) petang.
"Kembali lagi, kita akan hadapi gelombang omicron ini, tidak usah panik. Kita sudah siapkan diri dengan baik. Dan, pengalaman menunjukkan walau naik cepat, [kasus] omicron turunnya cepat," imbuhnya beberapa saat kemudian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi menerangkan pemerintah pun telah melakukan sejumlah strategi mitigasi termasuk upaya meningkatkan vaksinasi Covid-19 dan juga perawatan.
"Strategi layanan kemenkes akan digeser yang sebelumnya fokusnya ke rumah sakit, sekarang fokusnya ke rumah. Karena akan banyak orang yg terkena [omicron] dan tidak perlu ke rumah sakit," kata Budi.
Ia mengatakan strategi itu dilakoni berdasarkan kajian Kemenkes terhadap 414 konfirmasi Omicron di Indonesia saat ini.
"Apa gejalanya? Gejala apa yg perlu dirawat di rumah--which is sebagian besar akan seperti itu. Gejala apa yg dirawat isolasi terpusat seperti di wisma atlet, gejala yang masuk ke rumah sakit, mana yang sedang, mana yang berat," ujar Budi.
Dia mengatakan pemerintah telah bekerja sama dengan 17 platform telemedisin agar memastikan org yang dirawat di rumah tetap bisa mendapatkan akses konsultasi ke kedokteran dan obat.
"Kami kerja sama dengan satu startup logistik dan BUMN Kimia Farma agar obat bisa sampai [ke pasien]," kata dia.
Dalam kesempatan konferensi pers daring yang sama, Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menekankan kembali secara spesifik agar menahan diri atau menunda beberapa pekan ke depan perjalanan ke luar negeri
Hal itu, sambungnya, untuk menekan meluas masuknya Covid-19 varian Omicron ke Indonesia dari luar negeri. Ia menjelaskan kasus aktif di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir terjadi karena Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) yang kembali ke nusantara.
"Kasus konfirmasi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN) mendominasi proporsi kasus harian Indonesia sehingga menyebabkan kenaikan kasus aktif dan perawatan pasien di Jawa Bali, lagi lagi karena PPLN," katanya.
Ia mencontohkan tambahan kasus aktif Covid-19 di Jakarta pada 9 Januari lalu adalah 393 kasus.
"Hampir 300 kasus disebabkan pelaku perjalanan LN. Jadi sekali lagi kami mohon teman-teman sekalian tahan diri ke luar negeri kecuali sangat-sangat penting," katanya.