Meski mayoritas pasien kasus Virus Corona varian Omicron merupakan penerima dua dosis vaksin Covid-19, kasus yang belum divaksin sama sekali diklaim lebih bergejala.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi kemudian mengungkapkan 79,1 persen atau 664 warga yang terpapar kasus varian SARS-CoV-2 B.1.1.529 itu sudah menerima vaksinasi lengkap atau dua dosis.
Sisanya, 4,2 persen baru menerima satu dosis, 7 persen belum vaksin sama sekali, dan 9,7 persen masih belum diketahui status vaksinasinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk [pasien] Omicron yang belum divaksin, mereka cenderung bergejala, dan gejala lebih lama hilang dibandingkan orang yang sudah divaksin namun kemudian bergejala," kata Nadia dalam acara daring, Selasa (18/1).
"Hampir semua orang yang sudah divaksin itu menunjukkan gejala ringan sekali," lanjutnya.
Melihat temuan itu, Nadia kemudian meminta agar warga yang belum menerima vaksin Covid-19, segera ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan akses vaksin Covid-19 secara gratis.
"Ini tentunya menjadi kewaspadaan kita, orang yang sudah divaksin saja masih bisa terkena Omicron apalagi yang belum divaksin," kata dia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes itu juga mencatat kasus varian Omicron per 17 Januari mencapai 840 kasus dengan mayoritas kasus datang dari Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN).
Dari 840 kasus Omicron tersebut, 609 di antaranya merupakan penularan kasus dari PPLN, 172 kasus transmisi lokal, dan 57 lainnya masih diteliti sumber penularannya
Sementara, capaian vaksinasi dosis pertama di Indonesia, per Senin (17/1), mencapai 176.629.941 orang; vaksinasi dosis kedua mencapai 119.992.852 orang.
Dengan demikian, target vaksinasi pemerintah dari total sasaran 208.265.720 orang sudah menyentuh 84,81 persen dari sasaran vaksinasi yang menerima suntikan dosis pertama. Sedangkan suntikan dosis kedua baru berada di angka 57,62 persen.
Nadia juga memastikan vaksin Covid-19 yang saat ini beredar di masyarakat masih efektif melawan varian Omicron. T-cell response yang diperoleh pascavaksinasi, lanjutnya, dapat memberikan perlindungan yang substansial pada pasien.
Kendati kemampuan netralisasi antibodi menurun terhadap varian Omicron, namun vaksinasi tetap memberikan imunitas tubuh melalui sel T yang dapat mengenali varian Omicron.
"Memang imunitas yang humoral, antibodi ini, terlihat penurunan setelah enam bulan. Makanya kemudian karena terjadi penurunan dan ditambah lagi varian yang bertambah, makanya kita melakukan vaksinasi booster," ujar Nadia.
(khr/arh)