Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Antonius Benny Susetyo mengimbau kepolisian agar menghindari penggunaan kekerasan terhadap warga Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah.
Diketahui, polisi sempat menangkap lebih dari 60 warga Desa Wadas sejak Selasa kemarin (8/2).
"Kita berharap Polri tetap mengedepankan pendekatan humanis dan menghindarkan kekerasan," kata Benny kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengimbau semua pihak yang bersengketa di daerah tersebut hendaknya mengedepankan dialog. Dia berharap segala tindak kekerasan dihindari bila dialog dijalankan dengan baik.
"Dengan dialog yang mengedepankan prinsip kemanusiaan dan titik temu kekerasan bisa di hindarkan," kata dia.
Senada, Ketua PB PMII Bidang Advokasi dan Kebijakan Publik Ahmad Latif turut mengecam tindakan represif aparat negara terhadap warga Wadas penolak tambang.
Latif menilai tindakan yang dilakukan oleh aparat kepolisian merupakan suatu bentuk pelanggaran HAM dan perampasan ruang hidup.
"Sehingga, pembangunan bendungan Bener dan segala perangkat pendukungnya harus dihentikan secara cepat dan tegas. Jangan lagi ada tragedi perampasan hak-hak rakyat dan merugikan rakyat dengan cara apapun," ucap Latif dalam keterangannya.
Tak hanya itu, Latif juga meminta kepada Gubernur Jateng Ganjar Pranowo untuk menunda pengukuran tanah, baik yang sudah disetujui rakyat maupun yang belum setuju sampai selesai bermusyawarah.
"Ini menghindarkan clash antara rakyat dengan aparat Negara," ucapnya.
Sebelumnya, aparat kepolisian berseragam dengan perlengkapan lengkap masuk dan mengepung Desa Wadas pada Selasa (8/2) pagi. Polisi menyusuri desa sambil mencopot sejumlah spanduk berisi penolakan tambang batu andesit untuk Bendungan Bener.
Polisi juga turut menangkapi puluhan warga yang disebut melawan. Sampai saat ini polisi sudah membebaskan warga yang sempat ditahan tersebut.