Survei: Elektabilitas Puan, Airlangga dan Cak Imin Rendah di Jatim

CNN Indonesia
Rabu, 23 Feb 2022 23:40 WIB
Baliho dukungan capres untuk Airlangga Hartarto. (cnnindonesia/adimaulanaibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Elektabilitas Puan Maharani, Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) masih rendah di kalangan pemilih Jawa Timur (Jatim). Padahal mereka gencar melakukan safari di Jatim beberapa waktu terakhir. Nama mereka kalah dengan sejumlah tokoh lain.

Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan oleh Surabaya Survey Center (SSC) periode Februari 2022, kepada kelompok pemilih spesifik yakni perempuan atau emak-emak berusia 17 tahun ke atas.

Elektabilitas ketiganya bahkan tak sampai dua persen. Rinciannya yakni Muhaimin Iskandar 1,5 persen, Puan Maharani dengan 1,3 persen, Airlangga Hartarto dengan 0,8 persen.

"Kenapa elektabilitas beberapa tokoh ini masih rendah, padahal mereka gencar ke bawah, sudah gencar kampanye terselubung," kata Peneliti SSC Ikhsan Rosidi, Rabu (23/2).

Ikhsan menyebut elektabilitas tiga tokoh itu yakni Puan sebagai Ketua DPR RI sekaligus Ketua PDIP, Muhaimin Iskandar sebagai Ketua MPR dan Ketum PKB serta Airlangga Hartarto yang merupakan Menko Perekonomian dan Ketum Golkar itu masih jauh dibanding sejumlah nama lain.

Dalam survei yang dilakukan SSC, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Prabowo memuncaki elektabilitas calon presiden dengan capaian 16,3 persen. Kemudian baru disusul Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dengan perolehan 15,6 persen dan Menteri Sosial Tri Rismaharini (Risma) 10,8 persen.

Kemudian Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dengan 5 persen, Gubernur Jakarta Anies Baswedan dengan 4,9 persen, Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan 4,8 persen, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno ada 3 persen, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meraih 2,3 persen, dan Menteri BUMN Erick Thohir dengan 2 persen.

Menurut Ikhsan, hal ini menunjukan bahwa komunikasi politik yang selama ini dilakukan Puan, Muhaimin dan Airlangga belumlah efektif mengangkat elektabilitas.

"Hati-hati. Tidak semua metode kampanye itu produktif, bisa saja anti produktif," ucapnya.

(frd/isn)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK