Warga 'Piknik' di Area Sisa Erupsi Gunung Merapi
Sisa material erupsi Gunung Merapi di hulu Sungai Gendol, Cangkringan, Sleman, tepatnya sebelah timur Bunker Kaliadem, Kepuharjo, mendadak jadi tontonan warga, Kamis (10/3).
Tampak sejumlah warga mendatangi lokasi bekas area luncuran guguran awan panas yang dimuntahkan Merapi, Rabu (9/3) malam. Andika, adalah salah seorang dari mereka.
Mengaku dituntun rasa penasaran, warga Kaliadem itu bersama sejumlah temannya terlihat menjajal sensasi berjalan di atas sisa material erupsi Merapi hingga ke area tengah Sungai Gendol.
"Sampai badan-badan itu terasa panas. Bau belerang juga ini," kata Andika menceritakan pengalamannya berdiri di atas material erupsi, Kamis (10/30.
Bagi Andika, ini merupakan pemandangan baru. Dia berkisah, biasanya sisa material erupsi di Sungai Gendol tak pernah setinggi ini.
"Sekarang ya penuh. Kemarin kan dalem itu, bawah itu dalem. Kemarin sekitar 20an meter lah (kedalaman) sekarang sudah penuh," tuturnya.
Andika sendiri tak ikut mengungsi kala rententan erupsi Merapi terjadi sejak Rabu malam hingga Kamis pagi. Namun ia mengaku sempat mendengar suara gemuruh semalam.
"Seperti truk bak dam (dump truck) itu nyuntak (menumpahkan) pasir. kemrosok lah. Sekitar jam setengah 12 itu," bebernya.
Sementara Camat Cangkringan Djaka Sumarsana mengaku berupaya mengantisipasi fenomena kemunculan 'objek wisata dadakan' di lokasi bekas luncuran awan panas guguran area Sungai Gendol ini.
"Jadi itu sebetulnya untuk material (sisa erupsi) masih panas, informasi dari Pak Lurah itu harus menunggu 2-3 baru berani diangkat. Karena walaupun nampak luar dingin tapi dalamnya itu panas," kata Djaka.
Pihaknya berkoordinasi dengan jajaran Polsek dan Koramil Cangkringan guna menempatkan penjagaan di setiap akses ke Sungai Gendol. Djaka turut meminta peran aktif para lurah untuk memasang portal.
"Contoh seperti di Bunker Kaliadem, Ngrangkah, Petilasan Mbah Maridjan ke utara, ke timur itu juga sudah kita instruksikan untuk ditutup. Terus kemudian untuk Klangon juga karena jaraknya paling dekat itu untuk sementara ditutup terlebih dulu," ujar Djaka.
Sejak erupsi semalam, Djaka melanjutkan, destinasi wisata yang ia sebutkan di atas memang langsung ditutup lantaran jaraknya berdekatan dengan radius bahaya rekomendasi BPPTKG.
Apalagi, luncuran awan panas guguran terakhir terjauh mencapai jarak 5 kilometer dari puncak. Ketiga lokasi tersebut masuk dalam jangkauan atau berdekatan dengan jarak batas aman.
Selanjutnya, ia dan para lurah menanti kebijakan dari Pemerintah Kabupaten Sleman berupa terbitnya surat resmi penutupan sementara kawasan wisata di puncak Merapi.
"Karena ini kejadiannya juga tadi malam mendadak, kita antisipasi jangan sampai nanti ada kejadian susulan. Terus kemudian kita aktifkan dari rekan-rekan relawan dan pos ronda di semua kelurahan tiap malam untuk siaga dan piket malam," ungkapnya.
Kebijakan serupa, kata Djaka, berlaku untuk area penambangan di Kelurahan Glagaharjo, Umbulharjo, dan Kepuharjo. Utamanya, yang berlokasi di aliran sungai berhulu Gunung Merapi. Selain bahaya erupsi, kiriman lahar dingin patut diwaspadai saat hujan turun.
"Penambangan kita off kan, semua alat berat sudah naik, truk sudah naik, dan warga di bantaran kali dan kita instruksikan ke seluruh penambang, masyarakat dan lurah juga sudah bergerak. Semuanya untuk tutup terlebih dulu," tegasnya.
(kum/isn)