Sekitar 60 tahun lalu, Bob Dylan duduk di sebuah kafe dan menulis lirik lagu. Dalam waktu sepuluh menit saja, klaimnya, lirik itu selesai. Waktu yang singkat, tapi siapa sangka lirik sederhana itu jadi hits dan abadi.
Lagu "Blowin' in the wind" telah menggerakkan banyak orang. Bahkan, lagu sarat makna itu telah jadi himne gerakan perlawanan masyarakat sipil.
Dylan sama sekali tidak mengira reaksi atas lagunya sedemikian hebat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bukan lagu protes atau semacamnya, karena saya tidak menulis lagu untuk protes," kata Dylan dalam sebuah wawancara. Semenjak saat itu, Dylan dikenal sebagai salah satu pionir musisi yang mengangkat tema-tema moral dalam lagunya.
Disadari atau tidak oleh penulisnya, lirik lagu memang bisa menggerakkan. Dylan cuma satu nama.
Ada lagi John Lennon.
Lagu "Imagine" karangannya jadi simbol perdamaian, dinyanyikan setiap malam pergantian tahun di New York. Harapannya, tahun berikutnya tak akan ada lagi perang dan konflik.
Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa musik bukan sekadar hiburan. Musik bisa mempengaruhi orang. Tidak selalu dengan cara yang baik memang.
Studi yang diterbitkan Journal of Personality and Social Psychology pada 2003 menunjukkan musik bisa juga memicu agresivitas, bahkan kekerasan.
Beberapa musik Barat yang saat ini digandrungi para pemuda memiliki lirik bertemakan kekerasan dan seksualitas. Hal ini jelas berpotensi merusak. Kebebasan kebablasan di negara-negara Barat yang tertuang dalam lirik lagu bisa saja diadopsi oleh para pemuda Indonesia. Membayangkannya saja membuat saya merinding.
![]() |
Hal ini berlaku sebaliknya. Jika musik mengandung lirik yang baik, maka dampaknya bisa positif. Fakta ini disadari betul oleh KPK.
Beberapa tahun terakhir, KPK telah menggunakan musik sebagai salah satu medium penyebaran nilai antikorupsi. Karena akan sangat membosankan bagi anak-anak muda jika mendengar materi soal korupsi dalam seminar atau pelatihan.
Untuk generasi muda, sejak 2016 KPK telah menggelar Festival Lagu Suara Antikorupsi (Saksi). Dari festival tersebut, lahir ratusan teriakan perlawanan terhadap korupsi dalam bentuk lagu.
Tahun lalu karena pandemi, KPK terpaksa harus ubah strategi. Festival Saksi 2020 berganti metode dengan lokakarya daring sebagai pembekalan peserta mengikuti kompetisi pembuatan video lirik. Hasilnya juga luar biasa.
Lagu anak-anak yang mendidik jumlahnya relatif kurang di negara ini. KPK akhirnya bekerja sama dengan para seniman untuk menghasilkan konsep musik yang ringan dan menyenangkan untuk anak.
Ada juga serial musikal "Si Kumbi Anak Jujur" yang membawa kisah-kisah tentang kejujuran dan integritas. Jargon yang diulang-ulang berbunyi "Aku kan anak jujur!" untuk membuat anak-anak bangga dengan kejujuran. Pesan-pesannya sederhana namun tepat mengena, sehingga mudah dipahami anak-anak.
Anak-anak dan pemuda ini masih belum tersentuh birokrasi, belum digoda korupsi atau gratifikasi. Pikiran mereka masih polos. Mereka ibarat kertas putih, tulisan di atasnya mestilah hal-hal positif.
Tentu saja musik hanya sebuah alat penyampai informasi. Penentu terbesar dalam pembentukan karakter anak dan pemuda berasal dari keluarga dan lingkungan. Jangan harap bisa menghasilkan pemuda yang berkarakter jujur, jika kebohongan jadi makanan sehari-hari di rumahnya. Dalam hal ini, pendidik utama adalah orang tua.
Di lapangan, KPK memiliki para penggawa yaitu Penyuluh Antikorupsi atau PAKSI. Mereka membantu KPK dalam menyebarkan pengetahuan dan semangat integritas.
Tidak hanya melalui acara-acara resmi, para PAKSI ini juga kreatif. Mereka membuat akun-akun YouTube dan menyampaikan pesan antikorupsi melalui lagu atau dongeng. Anda bisa nikmati konten-konten di akun YouTube Eduar PAK atau Juliasih Hizbar, sebagai contoh.
Ketua KPK Firli Bahuri pada kesempatan Hari Antikorupsi Sedunia 2021 yang lalu mengatakan diperlukan suatu orkestrasi pemberantasan korupsi yang harus dipimpin oleh seorang konduktor yang handal.
Sebuah orkes adalah sekelompok seniman yang bermain seperangkat instrumen musik. Lagu akan kurang indah terdengar jika hanya satu instrumen yang dimainkan, gendang saja misalnya. Tapi jika gendang dipadukan dengan suara seruling, petikan gitar, tamborin, betot bas, dan suara syahdu biduan, maka orkestrasi yang merdu akan tercipta.
Begitu juga dengan KPK yang tidak bisa berdiri sendiri memberantas korupsi. Perlu andil semua anak bangsa, tanpa terkecuali, dalam misi mulia ini. Baik itu dalam penegakan hukum, pengawasan dan perbaikan sistem, serta penanaman karakter dan integritas.
KPK mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersama-sama memberantas korupsi, karena pekerjaan pemberantasan korupsi bukan hanya tugas KPK, Kejaksaan maupun Kepolisian semata.
Dalam Peta Jalan KPK 2022-2045, trisula strategi pemberantasan korupsi tidak hanya mengandalkan penindakan saja, namun berbagai upaya pendidikan antikorupsi yang dilakukan sekarang diharap bisa kita rasakan hasilnya pada 2045 nanti.
Ketika usia Indonesia 100 tahun, para pemuda yang kita tempa dengan pendidikan antikorupsi saat ini akan jadi pemimpin dan pemangku kepentingan yang telah memiliki karakter, perilaku bahkan mungkin budaya antikorupsi.
Jika di masa ini mereka salah asuh, bisa dibayangkan jadi pemimpin seperti apa mereka kelak.
(asa)