Ahli Bicara Peran Big Data yang Bisa 'Goyang' Pemilu

CNN Indonesia
Rabu, 16 Mar 2022 17:27 WIB
Mengolah big data dikatakan Drone Emprit dapat memengaruhi pemilu seperti sudah terjadi pada kasus Cambride Analytica di Amerika Serikat.
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi mengungkap soal big data yang bisa memengaruhi pemilihan umum (Pemilu).

Ia menyebut big data bisa digunakan untuk mengetahui tendensi pemilu seperti misalnya pada kasus Cambride Analytica, yang mengolah data dari pengguna Facebook di Amerika Serikat. Cambride Analytica dipahami membantu kampanye Donald Trump pada pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016.

"Big data bisa berpengaruh mengetahui tendensi pemilu. Kaya kmisalnya dulu misalnya ada Cambridge Analytica dia minta data dari FB di masing-masing negara bagian, mereka sukanya apa, pendapat tentang calon presiden seperti apa," ujar Ismail kepada CNNIndonesia.com, Rabu (16/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan narasi yang disampaikan warganet di media sosial seperti survei, namun tak dilakukan satu per satu kepada para responden.

Data yang dipilah bisa diolah menjadi indikasi kecenderungan masyarakat terhadap salah satu calon politik maupun isu tertentu.

Meski demikian, Ismail menjelaskan percakapan di media sosial tak bisa serta merta diarahkan kepada narasi pemilu.

Di Indonesia sendiri, kata Ismail, ada banyak lembaga publik yang bisa mengolah data seperti itu, atau disebut media sosial analytics.

Lembaga itu yang bisa mengolah percakapan di media sosial, menjadi data perspektif masyarakat. Namun Ismail tak menyebut nama lembaga publik di dalam negeri yang menggelar praktik tersebut.

"Ada banyak beberapa yang menyediakan layanan seperti ini," ujarnya.

Sebelumnya sejumlah elit politik mengklaim punya big data masyarakat atau data dari narasi masyarakat di medsos.

Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dan Ketua DPR RI, Puan Maharani belakangan saling saut-sautan ihwal klaim big data.

Luhut mengklaim pemerintah menangkap aspirasi masyarakat soal dukungan penundaan Pemilu 2024. Menurutnya, aspirasi itu diketahui dari big data percakapan 110 juta orang di media sosial.

Sedangkan Puan, yang juga menjabat Ketua DPP PDIP, menyatakan partainya memiliki data tersendiri soal sikap pemilih terhadap wacana penundaan pemilu mendatang.

Puan menegaskan data yang dimiliki PDIP pun berupa big data.

(can/fea)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER