Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane mengatakan mutasi SARS-CoV-2 varian Deltacron, yang merupakan gabungan mutasi dari varian Omicron dan Delta, belum cukup berbahaya dibandingkan mutasi lainnya.
Namun, Masdalina menyebut varian baru itu tetap harus dipantau untuk mengetahui perkembangan karakteristiknya. Saat ini Badan Kesehatan Dunia (WHO) masih mengklasifikasikan Deltacron sebagai varian yang dipantau. Belum naik statusnya menjadi Variant of Interest (VoI) maupun Variant of Concern (VoC).
Lihat Juga :![]() UPDATE CORONA 21 MARET Positif Covid-19 Bertambah 4.699, Meninggal Dunia 154 Orang |
"Memang belum cukup disebut berbahaya dibandingkan sebelumnya ya. Sejauh ini WHO juga menyatakan varian rekombinan dari Delta dan Omicron ini belum memenuhi syarat untuk menjadi VoI atau malah VoC," kata Masdalina saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (21/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masdalina menyebut varian Deltacron masih belum cukup menjadi 'ancaman' global lantaran tak memenuhi sejumlah syarat. Di antaranya belum menunjukkan sifat penularan yang cepat dan masif seperti Omicron.
Kemudian tidak virulen atau ganas. Lalu Deltacron belum menunjukkan seberapa parah mutasi virus mampu 'lari' dari antibodi atau membuat vaksin kurang terlalu efektif.
"Selain itu, perlu diwaspadai menjadi yang berbahaya apabila varian tidak dapat terdeteksi oleh alat diagnosis. Artinya dia negatif dari pemeriksaan, namun secara klinis menunjukkan gejala dan kondisi ke arah positif Covid-19, biasanya kita sebut probable ya," ujarnya.
![]() Infografis - Gejala Covid-19 Varian Omicron |
Lebih lanjut, Masdalina menjelaskan Deltacron memiliki protein spike serupa dengan Omicron, dan nonstruktural protein dari Delta. Sejumlah negara dilaporkan sudah mendeteksi varian ini seperti Inggris, Perancis, Belanda, dan Denmark, namun kasus masih rendah kendati ada potensi untuk meningkat.
Menurutnya, berdasarkan penemuan kasus Deltacron di Perancis misalnya, pasien yang terpapar varian ini memiliki gejala ringan. Dengan demikian, belum ada cukup data yang menunjukkan bahwa Deltacron lebih infeksius ketimbang Delta maupun Omicron.
(khr/fra)