Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sejumlah daerah di Indonesia memiliki sumber air minum yang mengandung bakteri Escherichia coli (E Coli) dan Coliform. Profil kualitas air minum di sejumlah daerah RI itu menunjukkan kondisi yang kurang baik.
Wakil Ketua Komite Ahli Kesehatan Lingkungan Kemenkes, Ignasius DA Sutapa menyebut selain menggunakan parameter E.Coli dan Coliform, mereka juga menggunakan TDS, suhu, pH, Nitrate, dan Nitrite.
"Parameter E.Coli dan total Coliform menjadi tantangan yang harus kita hadapi bersama. Karena yang memenuhi syarat berdasar parameter itu rendah, berarti tingkat potensi cemaran E.Coli dan frekuensinya masih relatif tinggi," kata Ignasius dalam acara daring, Selasa (22/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ignasius kemudian merinci, dari puluhan daerah yang air minumnya mengandung kedua bakteri itu, lima daerah mencatatkan temuan tertinggi. Rinciannya tertinggi Kabupaten Gianyar sebanyak 80,4 persen untuk kandungan E.Coli.
Kemudian Kota Banjarmasin 77,7 persen, Kabupaten Sigi 69,8 persen, Kota Administrasi Jakarta Barat 69,1 persen, dan Kota Batam 65,2 persen.
Sementara lima daerah dengan kandungan total Coliform tertinggi adalah Kota Administrasi Jakarta Barat dengan temuan 62,6 persen. Dilanjutkan Kabupaten Gianyar 55,4 persen; Kabupaten Halmahera Selatan 52,2 persen; Kabupaten Sigi 51,6 persen; dan Kota Batam 51,4 persen.
"Dan yang menarik kalau dilihat profil, sarana air minum rumah tangga kita itu sangat bervariasi. Paling tidak ada 14 jenis, namun yang paling banyak digunakan justru air isi ulang mengambil porsi cukup banyak, dan sumur gali terlindung, air ledeng atau perpipaan," kata Ignasius.
"Paling tidak ini 3 klaster yang banyak digunakan," pungkasnya.