Benci Tapi Rindu Pasukan Bangun Sahur

isn | CNN Indonesia
Sabtu, 16 Apr 2022 17:00 WIB
Pasukan bangun sahur yang dibutuhkan namun kerap mendapat penolakan warga yang terganggu akan kebisingannya.
Ilustrasi pasukan bangun sahur (ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sahur merupakan salah satu amalan yang disunahkan pada bulan Ramadan. Bangun pada sepertiga malam untuk sahur merupakan salah satu langkah persiapan diri agar lebih kuat menjalankan ibadah Puasa. Tentunya pengingat bangun harus diatur supaya tidak bablas tertidur pulas.

Ilham, 21, memutuskan menjadi pengingat sahur bagi warga di wilayah Jalan Kampung Jembatan, Cakung, Jakarta Timur.

Dini hari usai tadarus di masjid, yakni pukul 02.00, Ilham dan rombongan yang biasa berjumlah 20 orang bersiap. Diletakkannya beduk di atas gerobak untuk memudahkan dibawa saat berkeliling. Tak hanya satu, tapi empat sampai enam beduk. Beduk itu milik masjid setempat juga dari perorangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ilham Cs mulai berkeliling kampung memukul beduk sekeras mungkin. Membuat kebisingan, itu tujuan utamanya. Agar semua orang terjaga dari tidurnya dan segera melaksanakan sahur.

Bertemu teman sekolah yang memiliki kediaman berdekatan juga teman mengaji di kampungnya membuat kegiatan bangun sahur menjadi lebih seru. Apalagi jika mereka bertemu dengan kelompok bangun sahur lainnya. Kumpulan pemuda-pemudi itu langsung unjuk kebolehan untuk menampilkan beduk mana yang paling nyaring bunyinya.

"Kalau lagi keliling, setiap ada perempatan dan pertigaan berhenti. Nah kalau ketemu kelompok lain, pada ngadu beduk. Main kenceng-kencengan. Sampai ada yang jebol beduknya karena terlalu semangat mukulnya. Kita saling kenal. Hanya seru-seruan saja," kata Ilham saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.

Ramadan tahun ini, kata Ilham, menjadi lebih seru karena pemerintah mulai melonggarkan sejumlah pembatasan kegiatan masyarakat. Pengikut rombongan pun bertambah. Dari mulai anak-anak yang masih duduk di bangku SD, remaja hingga pemuda-pemudi. 

Namun, niat baik Ilham dan kawan tak selamanya berjalan mulus. Ilham bercerita, kegiatan bangun sahur yang dilakukannya kerap mendapat penolakan warga.

Bahkan pada tahun lalu, rombongan Ilham dikejar warga yang marah akibat kegaduhan yang dibuat. Warga membubarkan dan mengejar rombongan juga merusak beduk-beduk milik rombongan Ilham. 

Penolakan tersebut juga bukan tanpa alasan. Saat rombongan pembangun sahur bertemu rombongan lainnya, selain unjuk kebolehan, terkadang ada saja pihak yang memulai membuat kericuhan.

"Kadang bocil (bocah kecil) yang mulai lempar-lempar sampah yang berserakan. Terus saling balas, jadinya rusuh. Warga pada keluar, marah dan ngejar kita. Beduk sampe sobek dipukul pakai besi," tutur pemuda berambut keriting itu.

Jika ada penolakan atau penjagaan oleh warga agar rombongan tak memasuki kampungnya, Ilham dan kawan akan berkeliling mencari jalan lainnya yang tak ditutup. Mereka tak gentar meski ditolak.

"Kita tetap jalan walau dihadang warga pakai balok. Ya kami lewati saja cari kampung lainnya yang nggak dijaga. Tapi Insya Allah tahun ini harus tertib. Niat kita hanya ingin dapat pahala bangunkan orang sahur," tutup Ilham.

Keberadaan pasukan bangun sahur memang menjadi pro-kontra di masyarakat. Tak sedikit yang merasa kegiatan tersebut tak berguna.

Yusuf (36) warga Penggilingan, Jakarta Timur, mengaku tak suka dengan adanya pasukan bangun sahur. Menurut Yusuf, setiap orang memiliki cara sendiri untuk mengatur jadwal bangun sahur.

"Kadang masih jam 2, sudah pada keliling. Sementara saya mau bangun sahur jam 3.30 biar tidur saya cukup dan nggak kelamaan sahurnya langsung Subuh. Tapi mereka sudah berisik jam segitu. Anak saya yang masih kecil jadi ikutan kebangun. Saya dan istri jadi susah sahurnya kalo anak kebangun," ujar Yusuf.

Hal yang sama dirasakan Ade (50), ia berpendapat selain kegaduhan yang diciptakan, kelompok tersebut rentan membuat aksi anarkis atau tawuran.

"Awalnya keliling, lama-lama ketemu rombongan lain, main tantang-tantangan akhirnya tawuran. Yang rugi warga sekitar juga, rusak pot-pot tanaman, portal-portal," ucap Ade.

Namun, tak selamanya warga juga menolak pasukan bangun sahur. Rini (38) warga Cakung, Jakarta Timur, merasa terbantu dengan adanya 'alarm manusia' itu. Ia tak pernah melewatkan sahur lantaran pasukan bangun sahur tak pernah absen selama Ramadan dari tahun ke tahun.

"Enak jadi seru. Berasa beneran bulan Ramadannya. Kalau bulan lain kan enggak mungkin ada yang gini ya. Hanya setahun sekali saja. Ini yang bikin kita rindu bulan Ramadan," ujar ibu anak tiga itu.

Menurut Rini, tak selamanya pasukan bangun sahur berpotensi membuat tawuran. Ia berpendapat, setiap daerah tradisi warga berbeda-beda.

"Ada yang memang kelompoknya remaja ada juga bapak-bapak tapi emang berniat bangunin sahur secara tertib tidak ugal-ugalan. Jadi enggak selamanya buruk," jelas Rini.

(isn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER