Cerita Muazin Istiqlal tentang Azan yang Merangkul Hati

CNN Indonesia
Kamis, 14 Apr 2022 18:34 WIB
Ilustrasi. Lantunan Azan Syahdu dari Muadzin Bersuara Merdu (Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Qadarusmadi Rasyid mengangkat telapak tangan kanannya sampai persis di samping telinga, lalu mengambil napas panjang. Sejurus keluar suara lantang menyerukan Allahu Akbar, Allahu Akbar... Suara azan merdu nan syahdu dari lelaki berpeci dan berjanggut tipis itu langsung menembus lorong-lorong keheningan Masjid Istiqlal.

Mendengar azan, para jemaah mulai berduyun-duyun masuk ke ruangan utama bersiap menunaikan Salat Zuhur.

Mereka khusyuk mendengar suara sang bilal berusia 31 tahun itu hingga azan selesai. Suara merdu dan tartil pria yang akrab disapa Qadar itu membuat hati pendengar bergetar. Suaranya saat ikamah, tak kalah merdunya.

Sejak 2016 Qadar tercatat sebagai salah satu dari tujuh muazin Istiqlal. Pria kelahiran Banda Aceh 28 April 1990 itu kerap bertugas kumandangkan panggilan salat lima waktu tiap hari Sabtu di Istiqlal.

"Hampir setiap tahun juga turut dipercaya sebagai muazin di Salat Idulfitri maupun Iduladha [di Istiqlal]," kata Qadar saat berbincang dengan CNNIndonesia.com.

Qadar bukan seorang muazin sembarangan. Rekam jejak dan prestasinya sebagai qari di level nasional dan internasional sangat mentereng. Kemampuannya sebagai qari itu menjadi modal kuat sebagai muazin.

Saat masih duduk di bangku SD, Qadar sudah menggondol juara Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) level anak-anak tingkat nasional di Palu, Sulawesi Tengah mewakili Aceh.

Setelahnya, pelbagai juara dari ajang MTQ tingkat nasional kerap didapatkan. Beasiswa pendidikan di jenjang SMP hingga SMA di Jakarta pun turut diraihnya. Terakhir, namanya disorot ketika berhasil meraih juara 2 di ajang MTQ Internasional yang diadakan di Kuwait pada April 2019 mewakili Indonesia.

"Dulu saya di Aceh dalam kondisi masih SD sudah ke mana-mana diundang orang. Di Aceh lingkungannya itu yang buat kita cepat mempelajari Alquran. Sehingga banyak warga minta saya untuk membuka acara, lalu azan di masjid ini. Sejak kecil sudah terbiasa," kata Qadar.

Pelbagai prestasinya itu lantas tercium oleh pengurus Istiqlal. Meski demikian, Ia tak langsung otomatis diterima menjadi muazin Istiqlal. Ia harus mengikuti seleksi terlebih dulu untuk menjadi muazin pada 2016. Pada akhirnya, ia lolos dalam seleksi tersebut.

"Hampir seluruh muazin Masjid Istiqlal itu para juara MTQ. Minimal yang saya tahu sudah menjuarai di tingkat nasional," kata dia.

Kemampuan dan prestasinya sebagai qari tak diraihnya secara instan. Qadar mengaku bekerja keras belajar dan berlatih mengasah ilmunya dengan para guru-gurunya sejak kecil sampai saat ini.

Ia berprinsip bila azan atau ayat Alquran dikumandangkan dengan ilmu, tentunya akan berbeda dengan azan yang sekadar berteriak.

"Ilmunya itu ada di Alquran. Karena di Alquran ada ilmu mengenai maqomnya atau iramanya. Itu kalau kita terapkan di azan akan memberikan lantunan azan begitu indah," ucap dia.

Muazin Ibarat Seleb Istiqlal

Menyandang status sebagai muazin Istiqlal, tak membuat Qadar pongah untuk tetap berkecimpung di tengah masyarakat. Ia bercerita rutin menjadi muazin di masjid-masjid di sekitar kediamannya di Jakarta Barat.

Bahkan, Ia mengaku kerap diminta masyarakat menjadi imam salat sampai mengisi tausyiah di masjid-masjid sekitar kediamannya.

"Kita kadang malu karena ilmu saya masih sedikit. Karena mendengar 'Masjid Istiqlal' itu jadi masyarakat mengira kita seperti ulama besar. Tapi saya sadar diri, apa yang bisa saya lakukan, ya saya lakukan di masjid terdekat," kata dia.

Lulusan Universitas Negeri Islam (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat itu mengakui bahwa muazin Istiqlal mendapat perhatian khusus dari masyarakat.

Bahkan, Ia mendengar pujian dari para imam di Istiqlal bahwa selebritis sesungguhnya di masjid terbesar di Asia Tenggara itu merupakan para muazinnya. Sebab, muazin memiliki kemampuan mengumandangkan azan dengan berbagai variasi nada yang memiliki keindahannya tersendiri.

"Karena suaranya melangit. Jadi ada bahasa gitu kalau kita lagi kumpul dengan para imam mereka bilang 'di Masjid Istiqlal itu yg dikenal itu bukan imam, selebritinya Masjid Istiqlal itu ya muazinnya'. Jadi jemaah terpesona dengan suara dari Masjid Istiqlal," kata dia.

Qadar juga bercerita para muazin Istiqlal kerap menjadi langganan untuk mengisi suara azan di stasiun TV. Ia bahkan pernah mengisi suara azan di salah satu TV swasta yang bertema pandemi pada awal-awal pandemi virus corona merebak di Indonesia.

"Jadi saya diajak oleh Prof Nasaruddin Umar dan saya melantunkan azan versi pandemi yang [nada] azannya berbeda dari sebelumnya. Azannya bernada suka duka. Saya cari versi yang ada suka dan sedihnya karena pandemi seperti ini, itu di salah satu stasiun TV," kata dia.

Qadar lantas membagikan beberapa kiat khusus kepada para muazin yang kerap bertugas di masjid-masjid seluruh Indonesia. Baginya, melantunkan azan harus dari hati yang paling dalam. Bila asal-asalan, maka dipastikan azan itu tak akan sampai pada hati masyarakat lainnya yang mendengarkan.

"Kalau kita kumandangkan azan sebatas teriak, atau sekadar begitu saja. Orang mau ke masjid itu jadi kurang tergerak. Orang kadang kurang senang mendengar azan karena yang dilantunkan sebatas teriak-teriak," kata Qadar.

Tak hanya itu, Qadar juga berharap para muazin di seluruh Indonesia tetap haus mencari ilmu dan terus berlatih meningkatkan kapasitasnya.

"Agar lantunan azan semakin terdengar syahdu," tutup dia.

(rzr/isn)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK