Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut kemacetan yang terjadi saat ini akibat dari 16 juta kendaraan bermotor di jalanan ibu kota. Sebanyak 13 juta di antaranya merupakan sepeda motor.
Anies menyampaikan itu saat menjadi penceramah tarawih di Masjid Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Kamis malam (7/4).
"Apa yang terjadi dengan 13 juta motor dan 3 juta kendaraan roda empat (di Jakarta)? Jadi, 16 juta kendaraan bermotor dengan 11 juta penduduk, ukurannya hanya 600 kilometer persegi. Jakarta itu 20 kali 30 kira-kira, 600 kilometer persegi," ujar Anies.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang terjadi? Kemacetan, kemampatan yang kita biasa saksikan di Jakarta," tambahnya.
Anies mengaku Pemprov DKI Jakarta berupaya mengurangi jumlah kendaraan pribadi dengan menambah jumlah kendaraan umum. Anies juga menjalankan program JakLingko.
Program itu, kata dia, membuat seluruh transportasi umum di Jakarta menjadi satu kesatuan. Setidaknya 27 operator transportasi umum terlibat.
Anies mengatakan sistem JakLingko bakal mengubah cara bertransaksi masyarakat dalam menggunakan transportasi publik. JakLingko menerapkan sistem satu tarif bagi masyarakat yang menggunakan transportasi umum.
"Warga tidak bayar per kilometer. Warga bayarnya per 3 jam Rp5.000 untuk naik kendaraan umum 3 jam. Silakan gonta-ganti kendaraan tanpa bayar tambahan," jelas dia.
Dia mengklaim cara itu sudah membuahkan hasil. Menurutnya, saat ini jumlah warga yang menggunakan transportasi umum neingkat dari 350 ribu menjadi 1 juta orang perhari sejak Jaklingko diterapkan.
"Tapi ini belum selesai. Kita harapannya nanti 2 juta, 3 juta, 4 juta. Kalau sudah 4 juta, baru kita bisa bilang mission accomplished. Kalau sekarang menuju mission accomplished, karena sekarang sekarang udah naik, naiknya tiga kali lipat," ujarnya.
Anies mengklaim tingkat kemacetan Jakarta sudah berkurang lantaran semakin banyak warga yang memakai Ia merujuk hasil penelitian Tomtom Index yang menyatakan bahwa saat ini Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet dunia transportasi umum.
Berdasarkan data TomTom Traffic Index, sejak 2017-2021, tingkat kemacetan Jakarta terus membaik. Pada tahun 2017, Jakarta berada di posisi ke 4 kota termacet di dunia dengan tingkat kemacetan 61 persen.
Setahun berselang, posisi Jakarta turun ke posisi 7 dengan tingkat kemacetan 53 persen pada 2018. Kemudian, tahun 2019 posisi Jakarta kembali membaik dengan turun ke posisi 10.
Posisi Jakarta di peringkat tersebut kian membaik pada 2020. Jakarta keluar dari posisi 10 besar dan menempati posisi ke 31 dengan tingkat kemacetan 36 persen. Selanjutnya, pada tahun 2021, Jakarta berada di ranking ke-46 dari total 404 kota termacet di dunia.