PA 212 Kritik Singapura karena Tolak Minta Maaf soal UAS
Presidium Alumni (PA) 212 mengkritik sikap pemerintah Singapura yang tegas menolak menyampaikan permintaan maaf soal penolakan kedatangan Ustaz Abdul Somad (UAS).
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PA 212 Novel Bamukmin mengatakan Singapura telah menanamkan kebencian terhadap Islam.
"Dengan keadaan di atas sudah jelas Singapura sudah maling teriak maling. Karena justru Singapura sendiri yang telah menanamkan kebencian terhadap Islam," kata Novel kepada CNNIndonesia.com lewat pesan singkat, Selasa (24/5).
Lihat Juga : |
Menurut Novel, Singapura tidak memiliki iktikad baik kepada umat Islam di Indonesia. Ia pun berpendapat sikap Singapura melawan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang melawan Islamofobia.
"Karena Singapura sangat kuat terindikasi sebagai kepanjangan Israel. Karena sangat berani melawan resolusi PBB yg telah melawan segala bentuk Islamofobia," ujarnya.
Novel mengatakan pihaknya akan memboikot Singapura di berbagai sektor. Menurutnya, Singapura akan menanggung akibat dari kesombongan.
"Sehingga dengan kesombongannya ini maka tinggal tunggu waktunya baik di negaranya atau bahkan disini bisa jadi akan membuat perhitungan dengan Singapura," tegas dia.
Duta Besar Singapura untuk Indonesia Anil Kumar Nayar menegaskan sikap pemerintahannya menyusul desakan permintaan maaf dari pendukung UAS. UAS ditolak masuk ke Singapura karena dinilai menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi berdasarkan konten-konten ceramahnya.
"Saya kira posisi kami sudah jelas dalam pernyataan MHA [Kementerian Dalam Negeri Singapura pada] 17 Mei, dan penjabaran Menteri hari ini seperti diberitakan media," kata Anil melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Senin (23/5).
Menteri Dalam Negeri Singapura K Shanmugam sendiri telah mengatakan bahwa pihaknya tidak menoleransi dan tak akan berpihak terhadap segala bentuk ujaran kebencian dan ideologi yang memecah belah.
"Itu tak ditujukan pada individu tertentu atau agama tertentu, atau kebangsaan tertentu. Posisi kami berlaku sama untuk semua orang," kata Shanmugam.
(tfq/tsa)