Lembaga Pusat Studi Gempa Sulawesi (PSGS) mendorong pemerintah memperbaiki mitigasi bencana gempa bumi di Kota Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Mamuju menjadi daerah rawan gempa lantaran berada di daerah sesar aktif.
"Yang menjadi kegelisahan kami adalah mitigasinya. Kelihatan Kota Mamuju rusak berat akibat gempa tahun 2021 lalu tapi mitigasinya tidak seperti di kota lain. Makanya kita mendorong supaya cepat diintensifkan. Karena Kota Mamuju secara hitungan berada di daerah sesar aktif," kata Direktur Eksekutif PSGS, Ardy Arsyad, Sabtu (18/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan penelitian, kata Ardy, Mamuju memiliki sejarah panjang bencana gempa sejak 1967, 1969, 1972, 1984, 1985, 2012, 2021 dan terakhir kembali terjadi tahun ini.
Gempa yang terjadi pada 15 Januari 2021 berkekuatan 6,2 magnitudo mengakibatkan 108 korban meninggal dunia, ratusan rumah warga, gedung serta fasilitas umum lainnya rusak.
Kemudian gempa kembali terjadi pada 8 Juni 2022 dengan kekuatan 5,8 magnitudo berdampak pada kerusakan bangunan dan belasan orang luka-luka.
Ardy menyebut Kota Mamuju sangat rentan terhadap bencana gempa dilihat dari seluruh rentetan yang telah terjadi selama ini. Posisi kota cukup dekat dengan sesar Selat Makassar.
Akselerasi gempa di Kota Mamuju berdasarkan estimasi secara deterministic dapat mencapai 0.41g, dan secara probabilistic mencapai 0.35g untuk periode ulang 200 tahun dan 0.46g untuk periode ulang 500 tahun akan datang.
Menurut Ardy, pemerintah telah memperbarui peta zona merah kerawanan gempa yang memasukkan Kota Mamuju dan sekitarnya sebagai daerah rawan gempa. Sebelumnya, Kota Mamuju masuk pada peta hijau pada tahun 2002 lalu bersama dengan Kota Makassar.
"Mamuju itu hampir sama dengan Palu masuk peta warna merah. Persoalannya sekarang masih banyak gedung yang dulunya dibangun masih menggunakan hitungan kota aman gempa. Kenyataannya sekarang tidak aman, banyak bangunan miring usai gempa," katanya.
Berdasarkan penelitian, Ardy menjelaskan kondisi tanah di daerah tersebut berada di daerah endapan sedimen yang dipenuhi air. Sehingga ketika ada getaran kecil yang naik ke permukaan maka akan cenderung memperbesar gelombang gempanya.
"Harusnya pemerintah daerah dan pusat mempunyai mitigasi yang baik, karena ini ibu kota provinsi harus dipersiapkan kondisi ke depan lebih aman. Sangat disayangkan kejadian sudah dua kali. Kita ingin penanganan di Mamuju sama di Palu harus intensif," ujarnya.
(mir/fra)