Cak Imin Ungkap Alasan Ingin Maju di Pilpres 2024
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengungkap alasan dirinya percaya diri atau pede sebagai calon presiden di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Alasannya, kata dia, karena dia berlatar belakang santri.
Cak Imin mengatakan, meski partainya hanya mengantongi modal 10 persen kursi parlemen dan belum memenuhi syarat pencalonan, dia mengaku memiliki modal kuat maju di Pilpres sebagai orang yang besar di lingkungan pesantren.
"Pesantren memiliki konsep yang lengkap dalam hal kepemimpinan maupun pembangunan bangsa dan negara," kata dia dalam keterangannya, Senin (27/6).
Menurutnya, kaum pesantren memiliki modal yang lengkap dalam konsep kepemimpinan, seperti doktrin, ajaran, teori, strategi, ilmu kemasyarakatan, dan ilmu keumatan. Cak Imin mengatakan ilmu pesantren bahkan lebih tua dari soalisme dan kapitalisme.
Wakil Ketua DPR itu menilai kaum santri harus percaya diri karena memiliki warisan yang kokoh dan mengakar dalam konsep pembangunan mulai dari unit terkecil di lingkup keluarga hingga unit keumatan, kebangsaan, dan kenegaraan.
"Teori pesantren jauh lebih tua dari teori sosialisme, kapitalisme. Semuanya lengkap, masak kayak gini nggak peryaca diri," kata dia.
Dia membandingkan sejumlah ideologi politik yang pernah mewarnai Indonesia pasca era kemerdekaan. Mulai dari sosialisme Timur di era Bung Karno, hingga liberalisme ekonomi di masa Soeharto. Semua konsep pembangunan itu kata Cak Imin runtuh.
"Kalau sosialisme Bung Karno paling banter sanatnya sampai abad pertengahan. Kalau kapitalisme, liberalisme madzhab-nya paling tingi Eropa abad pertengahan. Kalau kaum pesantren punya sanat sambung ke para wali bahkan para nabi," kata dia.
PKB, partai Muhaimin, belakang memang dekat dengan sejumlah partai terkait wacana koalisi di 2024. Sempat dekat dengan PKS dan Demokrat lewat wacana koalisi semut merah, PKB terakhir membuka wacana koalisi dengan Gerindra.
Cak Imin mengatakan dirinya telah mantap maju sebagai capres di 2024, meski modal partainya belum cukup dan elektabilitas dirinya jauh di bawah beberapa potensial lain seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.