Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menilai pihak berkuasa di Indonesia adalah para kaum perempuan atau emak-emak.
Hal itu dia sampaikan pada pembukaan Kongres ke-XVI Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) di Jakabaring Sport City (JSC) Palembang, Sumatera Selatan yang disiarkan di YouTube TV NU pada Jumat (15/7)
"Hari ini sungguh kehormatan besar diundang di majelis ini. Saya agak grogi menghadapi begitu banyak emak-emak di sini. Karena kita tahu sebenarnya yang berkuasa di negeri ini siapa? Yang berkuasa itu emak-emak," kata Prabowo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prabowo berkelakar sosok istri bagi prajurit tentara memiliki pangkat yang tinggi ketimbang suaminya. Menurut Prabowo, istri memiliki pengaruh yang besar ketimbang suaminya.
"Di tentara kalau pangkat kita kapten istrinya mayor. Kalau jendral bintang dua, istri bintang tiga. Karena itu saya grogi, saya undang jendral-jendral senior purnawirawan untuk mengawal saya di sini," kelakar dia.
Lebih lanjut, Prabowo menilai perempuan dan emak-emak di Indonesia memiliki kewajiban bertanggung jawab atas keselamatan bangsa. Pasalnya, emak-enak nantinya melahirkan dan membesarkan generasi penerus bangsa.
Ia menilai jika perempuan dan ibu Indonesia lemah, maka akan melahirkan anak-anak yang lemah pula. Artinya, generasi penerus Bangsa Indonesia potensial menjadi lemah pula.
"Dan kita ngerti di dunia ini bangsa yang lemah adalah bangsa yg akan dijajah bangsa lain. Bangsa yang lemah bangsa yang diinjak-injak bangsa lain, bangsa yang lemah adalah bangsa yang kekayaannya akan dicuri oleh bangsa-bangsa lain," kata Prabowo.
Prabowo menilai semua pihak harus memiliki tanggung jawab atas keselamatan masa depan bangsa Indonesia. Terlebih, hal itu sudah diamanatkan dalam UUD 1945.
"Apa artinya? Pendiri bangsa Indonesia meyakini bahwa negara tujuan utama nya melindungi segenap tumpah darah. Kalau kita tak bisa lindungi, termasuk wilayah kita, termasuk kekayaan kita, bagaimana bangsa kita sejahtera," kata dia.
Fatayat merupakan badan otonom NU yang bergerak di bidang perempuan muda NU.
Kongres Fatayat NU kali ini memiliki agenda utama memilih ketua umum untuk lima tahun ke depan atau periode 2022-2027. Kongres itu akan merancang arah gerak organisasi dan program kerja selama lima tahun ke depan.
(rzr/isn)