Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mendukung jika Pilpres 2024 diikuti empat pasang capres-cawapres.
Dalam acara pelunculan Kanal Pemilu Tepercaya CNN Indonesia, Cak Imin mengatakan banyak paslon di Pilpres 2024 membuat polarisasi semakin bisa dicegah.
"Minimal 3 calon sehingga tidak menjadikan pengentalan, kristalisasi semakin tajam. Saya setuju. Kita juga akan mendorong konstelasi pemilu tahun 2024 minimal tiga calon. Syukur-syukur empat calon. Itu lebih asik lagi," ujar Cak Imin, Senin malam (1/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cak Imin mengatakan polarisasi sangat mungkin terjadi jika Pilpres 2024 hanya diikuti 2 pasangan calon seperti 2019 lalu. Oleh karena itu, dia menganggap lebih baik jika pilpres diikuti lebih dari 2 pasangan calon.
Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuat polarisasi muncul dalam pelaksanaan pemilu, antara lain radikalisme dan fundamentalisme dalam beragama.
"Yang pertama paling dominan adalah menguatnya radikalisme dan fundamentalisme dalam beragama, disusul mengentalnya kesukuan. Agama, suku, ras, dan golongan. Nah bertemu pada satu titik suasana kompetensi politik. Di situlah lalu menguatnya polarisasi dalam satu ruang kompetisi," kata Cak Imin.
Cak Imin lalu menyebut ada dua hal yang dapat mencegah kemunculan faktor-faktor pemicu polarisasi itu. Pertama, komitmen dan tekad bersama terhadap prinsip untuk menjaga persatuan bangsa.
Menurut Cak Imin, komitmen tersebut tidak bisa dilakukan secara normatif. Komitmen itu harus dilakukan betul-betul agar bisa berjalan efektif.
Dia mengatakan sikap Prabowo Subianto yang bergabung ke dalam kabinet Indonesia Maju termasuk langkah yang tidak normatif.
"Yang tidak normatif itu ya yang dilakukan Pak Prabowo, misalnya. Membangun persatuan," ujar dia.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) turut memiliki peran untuk mencegah polarisasi. KPU, kata Cak Imin, bisa mencegah hal tersebut dengan mengusung tema-tema positif yang sarat akan persatuan.
"Politik riang gembira, politik yang saling membahagiakan, sinergi. Hal-hal semacam itu penting agar implementasi dari dogma, ideologi, pilar bangsa ini tidak hanya berhenti pada semangat, tetapi juga pada perilaku dan implementasi kita di dalam kehidupan politik kita sehari-hari," kata dia.