MRT Fase 2 Harmoni- Mangga Besar, Lewati Situs Warisan Budaya
Proyek MRT Fase 2A CP202 dengan rute Harmoni-Mangga Besar berada di kawasan heritage atau situs cagar budaya. Perlintasan ini menjadi salah satu tantangan pengerjaan konstruksi proyek MRT.
Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta (Perseroda), Rendi Alhial mengatakan ada tiga pembangunan stasiun bawah tanah dalam fase ini.
"Antara lain Stasiun Harmoni dengan panjang 252 meter dan kedalaman ±16 meter, Stasiun Sawah Besar sepanjang 200 meter dan kedalaman ±27 meter, Stasiun Mangga besar yang nantinya memiliki panjang 220 meter dan kedalaman ±27 meter," kata Rendi dalam keterangannya, Rabu (17/8).
Selain itu, kata Rendi, dalam juga dilakukan pembangunan konstruksi terowongan bawah tanah sepanjang 1,8 kilometer mulai dari Harmoni sampai dengan Mangga Besar.
Rendi mengungkapkan pembangunan konstruksi untuk proyek MRT Fase 2A CP202 memiliki beberapa tantangan. Salah satunya karena stasiun dibangun di kawasan heritage.
"Dengan melihat konteks sejarah pada area Stasiun, maka dilakukan kegiatan archaeological test pit, atau ekskavasi arkeologi, yang bertujuan mengetahui kondisi atau potensi adanya benda bersejarah di area galian proyek," tuturnya.
"Penanganan Objek Cagar Budaya (OCB) dan Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB) menjadi perhatian khusus dalam pelaksanaan konstruksi CP202," imbuh Rendi.
Selama proses kontruksi, kata Rendi, juga akan dilakukan pemasangan sensor khusus pada bangunan-bangunan cagar budaya yang berada di jalur CP202. Pemasangan sensor ini bertujuan memantau kondisi bangunan cagar budaya selama masa konstruksi.
Tantangan lainnya yakni area kontruksi di ruas Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk yang dipisahkan oleh Sungai Ciliwung Gajah Mada. Selain itu, lokasi konstruksi untuk juga sangat berdekatan dengan bangunan sekitar.
Kemudian, ruas lebar Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk pun terbatas. Alhasil, lebar stasiun khususnya Stasiun Sawah Besar dan Stasiun Mangga Besar, akan menjadi lebih sempit kurang lebih 14 meter.
"Maka dari itu, desain dari kedua stasiun tersebut pun menjadi lebih dalam kurang lebih 27 meter dengan 4 lantai di bawah tanah, sehingga jalur ratangga ke arah selatan dan utara berada pada level yang berbeda (atas - bawah stacked platform)," ucap Rendi.
Tantangan selanjutnya adalah jenis tanah yang kurang baik di lokasi konstruksi. Karenanya, akan dilakukan penanganan khusus terhadap penurunan tanah (land subsidence) dengan peningkatan kondisi tanah eksisting (soil improvement) di ketiga area Stasiun CP202, pada tahap awal konstruksi.
"Dengan metode Jet Grouting dan dilakukan penebalan dinding stasiun (Diaphragm Wall/D Wall). Selain itu, area konstruksi juga berdekatan dengan bangunan
sekitar yang berusia cukup tua, sehingga menjadi perhatian khusus dalam menyiapkan metode konstruksi yang tepat," ucap Rendi.
Lebih lanjut, Rendi menyampaikan bahwa PT MRT Jakarta akan mengelola dan memitigasi resiko agar pekerjaan konstruksi dapat berlangsung dengan aman, serta memprioritaskan aspek safety, health, environment, and security (SHES) selama pekerjaan konstruksi berlangsung.
"Selain itu, pembangunan MRT Jakarta CP202 akan memberikan perhatian terhadap perlindungan situs cagar budaya, sekaligus melakukan pelebaran trotoar dan revitalisasi koridor di Jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk, dan akan mengembalikan kondisi area konstruksi ke kondisi semula (reinstatement)," kata Rendi.
(dis/chs)