Pemerintah Provinsi DKI Jakarta belum lama ini menghadirkan pengembangan sistem pengendali banjir atau Flood Control System. Sistem ini menjadi salah satu langkah nyata Pemprov dalam menangani permasalahan banjir di Ibu Kota.
Dengan Flood Control System ini, risiko banjir di Jakarta dapat terpantau secara real-time. Mulai dari tinggi permukaan air, curah hujan, hingga komponen lainnya. Dengan begitu sistem ini bisa mempermudah dan mempercepat alur koordinasi dalam penanganan banjir.
Flood Control System ini dibangun dengan teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (AI). Sehingga dapat memudahkan dalam menangani potensi banjir oleh Pemprov DKI.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sensor-sensor yang ditanamkan akan mengumpulkan data historis berupa getaran dan suhu, tinggi permukaan air, arus air, curah hujan, hingga rekaman CCTV.
Adapun saat ini sensor-sensor tersebut sudah terpasang di 178 rumah pompa dan pintu air di Jakarta.
Data yang masuk dari sensor akan dianalisis untuk menghasilkan visualisasi informasi mengenai kondisi, potensi, serta prediksi terkait banjir di Jakarta.
Data ini juga dapat menjadi landasan bagi para pemangku kepentingan dalam merancang kebijakan berbasis data, agar penanganan banjir di Jakarta menjadi lebih efektif dan efisien.
Berikut sensor dan alat yang dipasang dalam Flood Control System.
Sensor Getar dan Suhu
Sensor ini berfungsi untuk mengukur getaran dan suhu yang dihasilkan oleh mesin pompa ketika beroperasi. Dengan sensor ini, petugas bisa tahu apakah mesin pompa menyala atau tidak. Selain itu, sensor ini dapat memonitor suhu mesin pompa ketika bekerja, apakah pompa dalam suhu normal atau tidak (overheat).
Sensor Tinggi Permukaan Air
![]() |
Water Level Sensor ini digunakan untuk mengetahui ketinggian permukaan air dari waktu ke waktu, terutama pertambahan tinggi muka air ketika debit air mengalami peningkatan yang disebabkan oleh curah hujan maupun air kiriman.
"Jadi, sensor ini bekerja dengan menggunakan gelombang elektromagnetik yang ditembakkan ke arah permukaan air dan memantulkannya kembali kepada sensor untuk mengetahui berapa tinggi permukaan air pada saat itu." kata Tim Infrastruktur Jakarta Smart City (JSC), Wisnu Sulastomo.
Sensor Arus Air
Perangkat sensor ini diletakkan di dalam sungai di mana terdapat arus yang stabil. Sensor ini memiliki dua buah corong untuk masuk dan keluar air. Setiap air yang masuk akan dihitung kecepatannya oleh sensor. Sehingga, sensor ini dapat mengukur kecepatan arus air yang mengalir di kali/sungai pembuangan.
Sensor Curah Hujan
![]() |
Seperti namanya sensor ini berfungsi sebagai pengukur curah hujan. Curah hujan akan diukur menggunakan tipping bucket dengan kapasitas pengukuran 1 ml.
CCTV
CCTV berfungsi untuk menganalisis peilscale air atau skala ukur ketinggian air yang berada di dinding kolam penampungan air. CCTV ini dilengkapi dengan teknologi AI yang akan mengukur level siaga berdasarkan ketinggian air yang terbaca pada peil scale.
Boks Panel
Di dalam boks panel terdapat dua instrumen pemrosesan yang penting bagi pencatatan dan pengiriman data analog yang diperoleh melalui sensor. Pertama terdapat I/O logic yang akan memproses data analog dari sensor.
Data ini berupa perhitungan dan status dari setiap sensor yang melakukan pencatatan.
"Hasil pencatatan dari boks panel ini berupa raw data atau data mentah" Kata Wisnu.
Data tersebut selanjutnya akan diunggah menggunakan data logger yang tersambung dengan internet untuk ditampilkan pada dashboard Flood Control System.
Solar Genset dan Solar Panel
Solar Genset ini berfungsi untuk menyimpan tenaga listrik yang didapatkan dari solar panel. Perangkat ini digunakan sebagai tenaga cadangan agar sistem pengendalian banjir berbasis IoT tetap bisa bekerja jika terjadi pemadaman listrik.
Boks ATS (Automatic Transfer Switch)
ATS berfungsi untuk memindahkan sumber daya listrik yang digunakan oleh rumah pompa. ATS akan secara otomatis memindahkan sumber tenaga yang sebelumnya menggunakan listrik dari PLN menjadi listrik yang bersumber dari solar panel.
(inh)