JSC Dorong Lahirkan Talenta Digital Lewat Data Science Trainee
Jakarta Smart City (JSC) mendorong kelahiran talenta-talenta digital yang dibutuhkan seiring kemajuan teknologi dewasa ini. Hal ini sebagaimana visi Pemprov DKI Jakarta dalam pembangunan sumber daya manusia nasional dan cetak biru transformasi digital.
Upaya dalam melahirkan telanta digital itu dilakukan sejak awal 2021 ketika JSC yang sebelumnya dikenal sebagai JSCLounge telah berubah menjadi JSCLab. Dengan perubahan itu, artinya JSC tidak hanya menjadi tempat bekerja tapi sekaligus sebagai kampus atau living laboratory, yakni tempat belajar, bertumbuh, dan meneliti bersama dalam menyelesaikan masalah perkotaan.
Dikutip dari laman resmi JSC, salah satu program JSCLab adalah Data Science Trainee yang pertama kali diluncurkan pada 15 Januari 2021. Melalui Data Science Trainee, diharapkan lahir talenta-talenta ilmuwan data (data scientist) untuk Indonesia, khususnya Jakarta.
Saat ini, kebutuhan data menjadi aset penting dan berharga untuk apapun, termasuk keperluan bisnis. Sebab melalui data, keputusan bisa diambil berdasarkan tren, angka statistik, dan fakta.
Karena begitu pentingnya peran data sekarang ini, tak heran data science atau ilmu data dikembangkan sebagai bidang multidisiplin yang menggunakan pendekatan ilmiah, kerangka kerja, algoritma, dan prosedur untuk mengekstrak wawasan dari sejumlah data besar (big data).
Karena itu, kini data science menjadi tulang punggung industri apapun. Tren saat ini juga menunjukkan ilmu data akan semakin penting dalam beberapa tahun mendatang. Adapun subjek atau aktor dari data science ini kita sebut sebagai data scientist atau ilmuwan data.
Pelatihan dan Mentoring
Melalui program Data Science Trainee, para trainee akan dilatih dan dimentori secara langsung untuk mencoba menyelesaikan berbagai masalah kota Jakarta dengan data science.
JSC menyebut, topik pilihan penelitian sangat variatif mengikuti ketersedian akses data internal dan eksternal mulai dari Covid-19, Cepat Respon Masyarakat (CRM), banjir, sampai mobilitas dan kemacetan. Jenis data yang bisa diteliti juga bervariatif seperti data tabular, teks, gambar, video dan geospatial.
"Kami menerapkan dua pendekatan belajar yakni project-based learning dan peer learning," tulis JSC.
Para peserta akan mengikuti program Data Science Trainee selama dua bulan. Di bulan pertama, para peserta akan fokus dibekali pemahaman konteks masalah di kota Jakarta.
Mereka dibimbing dalam menentukan problem statement yang akan coba dipecahkan, melakukan pengumpulan data, data cleansing dan eksplorasi data, serta menerapkan penggunaan model statistik dan/atau machine learning sederhana.
Di bulan berikutnya, para trainee akan lebih fokus dalam memfinalisasi, menyempurnakan, dan mendokumentasikan data product yang telah dikerjakan pada bulan pertama.
Pada minggu terakhir, para trainee diwajibkan mempresentasikan dan mengumpulkan data product yang sudah dihasilkan. Presentasi ini dapat berupa rekomendasi temuan, model, dan hasil prediksi, yang wajib dilaporkan dalam bentuk slide presentasi dan artikel/karya ilmiah/dashboard.
"Untuk mengukur keberhasilan dari proyek data science yang dilakukan oleh para trainee, setidaknya 1 dari empat poin terpenuhi. Semakin banyak yang terpenuhi tentunya semakin baik," tulis JSC.
Poin-poin tersebut, yakni Terciptanya pengetahuan baru; Keputusan atau kebijakan dibuat berdasarkan hasil eksperimen; Laporan atau aplikasi dengan dampak yang dihasilkan; Dari hasil eksperimen disimpulkan bahwa data tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan.
Selanjutnya peer learning. Masing-masing trainee akan dipasangkan dengan dua mentor yang terdiri dari mentor metodologi dan mentor substansial. Selain itu, antara trainee juga akan didorong untuk bisa saling bertukar pikiran, memberi saran, atau berkolaborasi dalam mengerjakan proyek data science-nya.
"Jadi, terdapat kemungkinan satu proyek besar dikerjakan bersama oleh dua trainee," tulis JSC.
(rir)