Polri: Pintu Stadion Kanjuruhan Kapasitas 2 Orang, yang Keluar Ratusan
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo menyebut pintu keluar Stadion Kanjuruhan, Malang, hanya berkapasitas dua orang ketika suporter Arema FC terkepung gas air mata usai pertandingan pada Sabtu (1/10) malam.
Dedi mengatakan penonton yang keluar berjumlah ratusan hingga akhirnya berdesakan.
"Itu masuk materi hasil labfor di 6 titik tidak ditutup tapi sempit sekali. Kapasitas 2 orang tapi keluar ratusan terjadi himpit-himpitan ini didalami," ujar Dedi di Malang, Selasa (4/10).
Keterangan polisi tersebut berbeda dengan kesaksian salah satu suporter Arema, Luki (24).
Dia mempertanyakan soal alasan penutupan pintu stadion. Padahal, menurutnya, pintu biasanya sudah dibuka pada 15 menit sebelum pertandingan berakhir.
"Logikanya kenapa harus ditutup, biasanya sebelum pertandingan selesai 15 menit itu sudah dibuka semua, jadinya kan pada berebut menyelamatkan diri," kata Luki.
Saat kejadian, Luki melihat banyak orang berusaha menyelamatkan diri setelah aparat menembakkan gas air mata ke arah tribun penonton. Terutama penonton perempuan dan anak-anak.
Kendati demikian, menurutnya, upaya menyelamatkan diri dengan bergerak ke arah pintu keluar stadion justru membuat mereka berdesak-desakan, terjatuh, dan terinjak oleh suporter lainnya.
"Kan, pada menyelamatkan diri, jadi di situ banyak yang jatuh, berdiri, keinjak lagi," kata Luki.
Sebelumnya, Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afianta membenarkan bahwa penonton berbondong-bondong keluar ke satu titik di Stadion Kanjuruhan, setelah polisi menembakkan gas air mata.
"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen," kata Nico dikutip Antara, Minggu (2/10).
Di tempat terpisah, Komisioner Komnas HAM Muhammad Choirul Anam menyatakan hanya dua pintu keluar yang terbuka dari 14 pintu saat insiden kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.
"Kami anatomi dari Stadion Kanjuruhan. Nanti seperti apa. Cuma dua pintu terbuka, hiruk pikuknya di pintu yang sama," kata Anam di Malang, Jawa Timur, Senin (2/10).
Di sisi lain, Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) telah mengonfirmasi ada beberapa pintu di Stadion Kanjuruhan, Malang yang dikunci saat tragedi tersebut.
Komisioner Kompolnas Albertus Wahyurudhanto mengatakan belum diketahui secara pasti siapa yang menutup pintu tersebut. Sementara, berdasarkan keterangan yang didapat oleh pihaknya, Kapolres Malang tidak memerintahkan penutupan pintu tersebut.
Sebagai informasi, dalam pertandingan sepak bola, pintu biasanya dibuka 15 menit sebelum pertandingan berakhir.
"Saya konfirmasi kepada Kapolres bahwa tidak ada perintah untuk menutup pintu sehingga harapannya 15 menit pintu dibuka, tetapi tidak diketahui mengapa pintu terkunci," kata Wahyu di Malang, Selasa (4/10).
Ia memaparkan dalam stadion itu ada 15 pintu, dua di antaranya berukuran besar. Dia belum mengetahui secara detail berapa jumlah pintu yang terkunci.
Tetapi akibat ada pintu yang dikunci tersebut, para suporter kesulitan keluar saat gas air mata disemprotkan. "Ada yang terkunci dan membuat penonton terdesak," ujarnya.
Ia pun mengaku belum mengetahui siapa yang bertanggung jawab menutup pintu tersebut. Namun, kunci biasanya dipegang oleh panitia pelaksana (panpel).
"Tetapi kepastiannya nanti membutuhkan pendalaman lagi siapa yang sebetulnya membawa kunci itu," imbuhnya.
Tragedi Kanjuruhan memakan korban 125 orang meninggal berdasarkan data Polri. Sedangkan data Dinas Kesehatan Malang menyebut jumlah korban meninggal yaitu 131 orang. Jumlah yang jauh berbeda dicatat Aremania, pendukung Arema FC, yakni mencapai lebih dari 200 orang.
(dis/pop/pmg)