Duka Sepak Bola, Mari Bantu Korban Tragedi Kanjuruhan di Berbuat Baik

Berbuat Baik | CNN Indonesia
Selasa, 04 Okt 2022 17:54 WIB
Tragedi Kanjuruhan pada akhir pekan lalu menewaskan lebih dari 120 orang. (CNN Indonesia/ Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Indonesia berduka. Tragedi terjadi usai pertandingan Arema FC melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10), dengan lebih dari 120 orang tewas dalam insiden ini.

Cerita pilu pun bermunculan. Keluarga kehilangan anak ataupun anak kehilangan orangtua di Sabtu kelabu itu.

Salah satu cerita datang dari Muhammad Revo Septiyan. Suporter Arema asal Gresik ini alami patah tulang setelah berjuang menyelamatkan balita 4 tahun di Tribun 2 saat Tragedi Kanjuruhan terjadi.

"Jadi pas polisi menembak gas air mata ke arah tribun, itu kan penonton panik ke arah pintu keluar. Pas saat itu anak saya melihat anak kecil berumur sekitar 4 atau 5 tahun itu terpisah dari orang tuanya, ia berusaha menyelamatkan dengan menggendong balita tersebut," kata Faisal, sang ayah.

Saat menyelamatkan balita itu, lanjut Faisal, banyaknya penonton yang berlari menuju pintu keluar. Revo sempat terjatuh bersama balita tersebut. Revo lalu terinjak-injak penonton lainnya.

"Saat terjatuh itu, balita itu lepas. Pas anak saya mau selamatkan balita itu, kakinya sudah nggak bisa bergerak karena keinjek banyak orang," kata Faisal.

Faisal tak tahu nasib balita yang sempat diselamatkan oleh putranya. Dia hanya bisa berharap yang terbaik. 

"Semoga balita itu juga selamat," harapnya.

Cerita Revo menjadi satu dari sekian cerita sedih yang tercipta dari tragedi Kanjuruhan.

Lainnya lagi ada Alfiansyah, anak yang kehilangan kedua orang tuanya saat menonton pertandingan tersebut. Alfiansyah sempat terjatuh saat bersama kedua orang tuanya hendak keluar dari stadion. Tak terbayangkan bagi Alfiansyah, pertandingan yang seharusnya menjadi penghibur diri malah membuat dia menjadi yatim piatu.

Sementara suporter Arema lainnya, Angga menceritakan, kekacauan berawal saat sejumlah suporter turun ke lapangan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya berakhir. Ia melihat suporter memeluk pemain Arema. Kemudian gas air mata ditembakkan saat ratusan suporter turun ke lapangan.

Melihat situasi seperti itu, Angga merangkul kawan-kawannya, termasuk temannya, almarhum Fajar, untuk keluar dari stadion. Celakanya, pintu maut stadion tertutup. Genggaman erat tangan Angga kepada Fajar lepas. Di situ lah petaka terjadi.

Dalam kondisi tersebut, Angga bahkan melihat ke arah bawah. Dirinya sedang menindih seseorang. Bahkan Angga menyebut di atas tubuhnya juga ada orang yang sudah tak bergerak, entah pingsan atau sudah tak bernyawa.

Angga merasakan kakinya sudah kram. Dengan tenaga tersisa, Angga berusaha bangkit dan keluar dari situasi mencekam itu. Angga mengaku melihat orang berbaju polisi tergeletak pingsan di antara kerumunan tersebut.

Selepas keluar stadion, bersama teman lainnya, Angga mencari Fajar. Namun apa daya, Fajar sudah tergeletak tak bergerak dan akhirnya dibawa ke rumah sakit hingga dinyatakan meninggal dunia.

Sahabat Baik, tragedi Kanjuruhan menjadi catatan hitam sepakbola Indonesia sekaligus menorehkan luka dan trauma bagi para pencinta sepakbola. Padahal olahraga ini seharusnya menjadi ajang prestasi sekaligus pemersatu bangsa yang penuh kebahagiaan dan sportivitas.

Mari wujudkan solidaritas dengan berdonasi dan bantu para korban bangkit dari kesedihan.

Kabar baiknya, semua donasi yang diberikan seluruhnya akan sampai ke penerima 100% tanpa ada potongan. Kamu yang telah berdonasi akan mendapatkan notifikasi dari tim kami. Selain itu, bisa memantau informasi seputar kampanye sosial yang kamu ikuti, berikut update terkininya.

Jika berminat lebih dalam berkontribusi di kampanye sosial, #sahabatbaik bisa mendaftar menjadi relawan. Kamu pun bisa mengikutsertakan komunitas dalam kampanye ini.

Yuk jadi #sahabatbaik dengan #berbuatbaik mulai hari ini, mulai sekarang!

(vws)


KOMENTAR

TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK