ANALISIS

Usung Anies, Nasdem Terancam di Sisi Jokowi Tapi Untung di Pemilu 2024

CNN Indonesia
Senin, 10 Okt 2022 09:16 WIB
Anies Baswedan resmi jadi capres Nasdem di Pilpres 2024. (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --

Keputusan Partai NasDem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024 menjadi sorotan publik. Sejumlah pengamat menilai langkah itu sebagai pertaruhan partai yang masih duduk di kabinet Presiden Joko Widodo.

Partai besutan Surya Paloh itu dinilai cepat mendeklarasikan capres yakni satu tahun sebelum pendaftaran pemilu 2024 resmi dibuka. Mereka pun menjadi satu dari dua partai politik yang sudah mendeklarasikan capres. Sebelumnya, ada Partai Gerindra yang menyatakan dukungan terhadap Prabowo Subianto.

Keputusan ini menjadi perbincangan karena posisi politik NasDem di kabinet Jokowi. Mereka mendeklarasikan sosok yang diketahui berseberangan secara politik dengan Jokowi dan partai penguasa PDIP.

Anies menjadi Gubernur DKI Jakarta setelah menumbangkan petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada Pilkada 2017. Kala itu, Ahok diusung NasDem dan sejumlah parpol koalisi Jokowi.

Keputusan NasDem mendeklarasikan Anies sebagai capres membuat sejumlah kader mengundurkan diri. Meskipun Nasdem mengklaim 3 ribu kader bergabung usai Anies jadi capres resmi.

NasDem pun menjadi sasaran kritik PDIP-rekan koalisi NasDem di pemerintahan Jokowi. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut partai yang sudah deklarasi capres mengganggu konsentrasi dalam pemulihan bangsa khususnya masalah perekonomian.

Sementara itu, Jokowi belum merespons langkah NasDem itu. Dia mengaku masih dalam kondisi berduka atas tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang suporter sepak bola.

Pengamat politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wasisto Raharjo menilai NasDem sedang mempertaruhkan posisinya di kabinet Jokowi. Menurutnya, NasDem melakukan hal itu demi memperbaiki posisi pada Pemilu 2024.

Wasisto menilai NasDem sadar betul keputusan mendukung Anies sangat berisiko. Namun, mereka rela mempertaruhkan posisi di kabinet agar bisa menjadi pemain utama pada pemilu berikutnya.

"NasDem sebagai partai besar tentu ingin menjadi pemain. Pilihan rasional jatuh ke Anies meskipun berisiko untuk posisi sekarang," kata Wasisto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (9/10).

Wasisto mengatakan langkah ini membuat NasDem punya posisi lebih baik ketimbang Pilpres 2019. Mereka punya daya tawar lebih karena menjadi kekuatan utama koalisi Anies.

Dia berpendapat keputusan NasDem ini memang berisiko tinggi karena mendukung sosok yang berseberangan dengan koalisi Jokowi. Namun, Wasisto melihat NasDem punya hitung-hitungan politik untuk menekan risiko terdepak dari barisan Jokowi.

"Kalau kita melihat lini masa pemilu ke depan, potensi reshuffle kecil karena mendekati akhir masa pemerintahan. NasDem tahu betul kondisi psikologis seperti itu sehingga bermanuver," ucapnya.

Dihubungi terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Survei KedaiKOPI Kunto Adi Wibowo juga menilai taktik NasDem cukup baik. Menurutnya, kecil kemungkinan NasDem didepak Jokowi setelah mengusung Anies.

"Akan sangat berisiko Jokowi melakukan reshuffle sekarang. Momentum itu dimanfaatkan oleh NasDem. Hitung-hitungan politik NasDem sudah sangat tepat," kata Kunto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (9/10).

Kunto menilai langkah NasDem pun tak menimbulkan efek negatif sama sekali. Dengan manuver ini, NasDem justru berpotensi menang di Pemilu 2024.

Dia menyebut deklarasi dini membuat NasDem akan dianggap publik sebagai pendukung utama Anies. Dengan begitu, mereka akan mendapat limpahan suara atau efek ekor jas pada pemilu 2024 dari para pendukung Anies kelak.

"Kalaupun nanti PKS ikut mengusung, kemudian Demokrat ikut usung, orang pasti berpikirnya Anies ya NasDem. Asosiasinya akan sangat dekat, akan sangat membantu NasDem mendapatkan coattail effect dari Anies di Pemilu 2024," tutur Kunto.

(dhf/dal)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK