TGIPF soal Efek Gas Kedaluwarsa: Butuh 1 bulan, Itu Pun Kalau Normal

CNN Indonesia
Senin, 10 Okt 2022 19:18 WIB
TGIPF menjelaskan pihak kepolisian mestinya melakukan pengamanan berdasar kemanusiaan atau civilian police, bukan berbasis militer.
Stadion Kanjuruhan. (CNN Indonesia /Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia --

Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) mengungkapkan butuh waktu satu bulan bagi korban penembakan gas air mata untuk bisa kembali normal.

Anggota TGIPF Rhenald Kasali menyebut beberapa korban tak merasakan dampaknya pada hari kejadian, namun kondisi matanya memburuk keesokan harinya.

"Jadi memang ada korban yang hari itu dia pulang tidak merasakan apa-apa, tapi besoknya dimulai dengan hitam. Setelah itu kemudian matanya menurut dokter perlu waktu sebulan untuk kembali normal. Itu pun kalau bisa normal," kata Rhenald di Kemenko Polhukam, Senin (10/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengungkapkan salah satu penyebab yang menjadi dicurigai adalah gas air mata kedaluwarsa.

"Salah satu kecurigaan kami adalah kadaluwarsa dan itu sudah dibawa ke lab semuanya diperiksa," paparnya.

Rhenald juga menjelaskan pihak kepolisian mestinya melakukan pengamanan berdasar kemanusiaan atau civilian police, bukan berbasis militer atau military police.

Namun, menurut Rhenald senjata yang dikeluarkan oleh kepolisian justru bisa memastikan.

"Jadi bukan senjata untuk mematikan tapi senjata untuk melumpuhkan supaya tidak menimbulkan agresivitas. Yang terjadi adalah justru mematikan. Jadi ini tentu harus diperbaiki," ungkapnya.

Ia pun menegaskan pihaknya tidak akan mengintervensi kepolisian dengan langkah-langkah hukum yang sedang dilakukan. Sebab, menurutnya saat ini banyak pihak yang terlibat.

Terpisah, Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan bahwa kemampuan atau efek gas air mata justru menurun setelah melewati batas masa guna alias kedaluwarsa.

"Ya jadi kalau misalnya sudah expired, justru kadarnya dia berkurang secara kimia kemudian kemampuannya gas air mata ini akan menurun," kata Dedi di Mabes Polri, Senin (10/10).

(cyn/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER