Nasdem Akui 'Anies Antitesis Jokowi' Buat Zulfan Lindan Dinonaktifkan

CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2022 14:48 WIB
Jargon Anies antitesis Jokowi membuat Ketum NasDem Surya Paloh menonaktifkan Zulfan dari jabatan di partai.
Sebutan Anies antitesis Jokowi berujung kader Nasdem nonaktif. (CNN Indonesia/Christie Stefanie)
Jakarta, CNN Indonesia --

Wakil Ketua Umum Partai NasDem Ahmad Ali mengungkapkan bahwa pernyataan calon presiden (capres) Anies Baswedan merupakan antitesis Presiden Joko Widodo merupakan puncak pernyataan tidak produktif kolega separtainya, Zulfan Lindan.

Ia mengakui, pernyataan itu yang kemudian membuat Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh memutuskan menonaktifkan Zulfan dari jabatan Ketua Teritorial Pemenangan Pemilu Sumatera 1 yang meliputi Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) DPP Partai NasDem.

"Ya kan memang terakhir itu [Anies antitesis Jokowi]. Jadi beberapa kali pernyataan-pernyataan kemudian itu kita merapatkan itu," kata Ali saat dihubungi, Kamis (13/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menerangkan Partai NasDem sudah mendengarkan berbagai pendapat kader lain tentang kata tesa dan antitesa. Hasilnya, menurutnya, kata itu mengartikan dua orang yang berada di kubu atau barisan berbeda.

"Kemudian mencoba masing-masing pendapat tentang kalimat tesa dan antitesa, artinya kalau si A kiri [lalu] si B kanan," katanya.

Ali berkata, pemilihan diksi atau kata yang dipakai Zulfan itu tidak sejalan dengan komitmen Partai NasDem yang ingin mengawal pemerintahan Jokowi hingga selesai di 2024 dan mulai memikirkan kelanjutan pembangunan pemerintahan usai 2024.

"Padahal di sisi lain, NasDem itu komit jaga pemerintahan sampai selesai dan memikirkan kelanjutan pembangunan yang sedang dilaksanakan ke depannya," tutur Ali.

Sebelumnya, Surya menyatakan bahwa Partai NasDem telah memberikan peringatan terhadap Zulfan yang telah berulang kali menyampaikan pernyataan yang tidak produktif serta jauh dari semangat dan jati diri Partai NasDem di media massa dalam beberapa waktu terakhir.

Dia menerangkan, peringatan keras itu berupa penonaktifan Zulfan dari kepengurusan DPP Partai NasDem serta melarang Zulfan memberikan pernyataan di media massa dan dan media sosial atas nama fungsionaris Partai NasDem.

Sebagai informasi, Zulfan sebelumnya menyampaikan bahwa NasDem sudah melakukan kajian dengan pendekatan filsafat dialektika sebelum menetapkan Anies Baswedan sebagai bakal capres 2024.

Pernyataan itu disampaikan Zulfan dalam program Adu Perspektif bertema 'Adu Balap Deklarasi, Adu Cepat Koalisi' yang disiarkan detikcom dengan kolaborasi bersama Total Politik, Selasa (11/10).

Menurutnya, NasDem menilai Anies merupakan antitesis dari Joko Widodo sehingga cocok diusung sebagai bakal capres.

"Saya mau masuk alasan kenapa dipercepat (pengumuman Anies sebagai bakal capres), ini kan harus jelas dulu latar belakang. Jadi begini, ini sudah kita kaji dengan pendekatan filsafat dialektika, ini dengan pendekatan pendekatan filsafatnya Hegel," kata Zulfan, seperti dikutip detikcom.

Dia mengatakan ada perbedaan jelas antara Jokowi dan Anies.

"Pertama apa, Jokowi ini kita lihat sebagai tesa, tesis, berpikir dan kerja, tesisnya kan begitu Jokowi. Lalu kita mencari antitesa, antitesanya apa? Dari antitesa Jokowi ini yang cocok itu, Anies," kata Zulfan.

Zulfan menuturkan Anies memiliki kemampuan berpikir yang berkonsep kemudian dirumuskan dalam kebijakan (policy). Dia menilai tokoh lainnya yang memiliki elektabilitas bagus seperti Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo hampir sama seperti Jokowi.

"Apa artinya, dia berpikir secara konseptual kemudian itu dirumuskan dalam policy-policy. Nah kita mengharapkan dari dua ini, dari Jokowi ini, dari Anies ini sintesanya akan lebih dahsyat lagi nanti 2029, jadi harus ini karena kalau memang misalnya Ganjar, dari tesa ke tesa, enggak ada antitesa. Prabowo dari tesa ke tesa, enggak ada antitesa. (Puan) Mirip-mirip," ujarnya.

(mts/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER