Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku khawatir masalah perubahan iklim tak lagi mendapat perhatian dari para pemimpin dunia.
"Saya menjadi cemas kalo tidak lagi menjadi prioritas atau agenda utama untuk mengatasi climate change [perubahan iklim] ini," kata SBY dalam Roundtable Discussion di Hotel Fairmont, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (13/10).
Dia menilai dunia yang tengah disibukkan geo politik yang panas akan lebih memprioritaskan untuk menuntaskan permasalahan ekonomi dibandingkan perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau sekarang dunia sibuk dan disibukkan oleh geopolitik yang panas, katakanlah mereka mempersiapkan diri membangun kekuatan militernya jika nanti terjadi perang yang berhadap-hadapan, ditambah ekonomi seperti ini, pasti resources dan effort digunakan untuk mengatasi ekonomi, sementara pandemi belum tuntas," tuturnya.
SBY pun bertanya-tanya terkait peluang perhatian yang diberikan para pemimpin dunia terhadap perubahan iklim.
"Berapa persen kira-kira perhatian world leaders untuk menyelamatkan bumi kita, mengatasi perubahan iklim ini?"
SBY mengatakan dalam mengatasi perubahan iklim dibutuhkan sumber daya termasuk dana, dan anggaran. Oleh karena itu apabila ekonomi global dalam keadaan sulit, maka Pendapatan Domestik Bruto (PDB) masing-masing negara pun akan mengalami penurunan.
Hal tersebut pun bakal berdampak pada prioritas anggaran pemerintahan negara masing-masing.
"Kalau ekonomi sudah sulit, maka GDP masing-masing negara turun, income nasional turun. Bagaimana mengalokasikan dan mendistribusikan anggaran yang pas menolong rakyat yang terdampak ekonomi yang tidak menetu seperti ini? sementara ada negara yang fokus membangun kekuatan militernya," ujar SBY.
Oleh karena itu pria yang melahirkan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) di masa pemerintahannya itu melihat situasi saat ini menjadi ancaman besar bagi bumi di masa mendatang.
"Ini bahaya untuk masa depan bumi kita, masa depan anak cucu kita," katanya.