Reyvano, Korban Tewas Kanjuruhan ke-134 Alami Kesulitan Nafas

CNN Indonesia
Jumat, 21 Okt 2022 12:31 WIB
Korban Tragedi Kanjuruhan, Reyvano Dwi Afriansyah (17) tak sadarkan diri sejak dibawa ke RS hingga setelah 20 hari dirawat, ia mengembuskan nafas terakhirnya.
Duka Suporter Arema untuk Tragedi Kanjuruhan (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Malang, CNN Indonesia --

Duka Tragedi Kanjuruhan terus bertambah. Seorang korban yang telah 20 hari dirawat di rumah sakit, Reyvano Dwi Afriansyah (17) mengembuskan nafas terakhirnya, pukul 06.45 WIB, Jumat (22/10).

Direktur RSUD Saiful Anwar (RSSA) Malang, dr Kohar Hari Santoso mengatakan, sejak pertama kali ditangani pihaknya, Reyvano sudah tidak sadarkan diri.

"Pasien ini masuk memang sudah kesadarannya tidak sadar. Kami lakukan penanganan termasuk juga dengan alat bantu nafas, dan semua obat-obatan tapi kesadarannya tidak pulih," kata Kohar dikonfirmasi, Jumat (21/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama di RSSA, Reyvano dirawat di unit perawatan intensif atau intensive care unit (ICU).

Setelah dilakukan penanganan oleh tim dokter, kesadaran pasien bahkan tak membaik hingga pada akhirnya Reyvano meninggal dunia.

"Tapi kesadarannya tidak pulih bahkan ada gangguan di otak sehingga pengendali nafas dan sirkulasinya enggak bisa respons dan meninggal," ucapnya.

Diketahui, Revano merupakan Aremania asal Sumberpucung, Malang. Dia disebut masih duduk di kelas XII Sekolah Menengah.

Dengan kematian Revano, maka jumlah korban Tragedi Kanjuruhan meninggal dunia menjadi 134 jiwa.

Sebelumnya, Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhanyang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD menyerahkan laporan hasil investigasi mereka ke Presiden Joko Widodo(Jokowi), Jumat (14/10).

Dalam kejadian itu, setidaknya ada 133 orang yang mayoritas suporter AremaFC atau Aremania tewas karena berdesak-desakan ingin keluar setelah penembakan gas air mata oleh polisi. Mahfud mengatakan TGIPF menyimpulkan gas air mata memanglah sebagai pemicu utama kepanikan berujung tragedi itu.

"Yang mati dan cacat serta sekarang kritis dipastikan setelah terjadi desak-desakan setelah gas air mata yang disemprotkan," kata Mahfud dalam jumpa pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat siang.

"Adapun peringkat keterbahayaan racun dari gas itu sedang diperiksa oleh BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional]," tambahnya.

Meskipun demikian, dia menegaskan apapun hasil temuan BRIN itu tak akan mengurangi kesimpulan tim yang terdiri dari tokoh-tokoh lintas sektor itu.

(frd/isn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER