RSSA Malang Tak Teliti Dampak Gas Air Mata Korban Kanjuruhan

CNN Indonesia
Rabu, 26 Okt 2022 02:14 WIB
Pihak RS hanya bisa memastikan dampak gas air mata menyebabkan iritasi atau berubahnya warna mata pasien. Hal itu pun tergolong iritasi ringan.
Suporter Arema FC (Aremania) Cahayu Nur Dewata menunjukkan matanya yang masih memerah akibat menjadi salah satu korban luka di Tragedi Kanjuruhan di Kedungkandang, Malang, Jawa Timur, Rabu (12/10/2022). (ANTARA FOTO/ARI BOWO SUCIPTO)
Jakarta, CNN Indonesia --

RSUD dr Saiful Anwar (RSSA) Malang mengaku belum memeriksa dampak gas air mata terhadap organ sistem pernapasan, para korban Tragedi Kanjuruhan.
Wakil Direktur Pelayanan RSSA Malang, dr Syaifullah Asmaragani mengatakan hal itu karena pihaknya hanya berfokus pada penanganan dan penyembuhan pasien.

"Kami pada saat awal tidak melakukan penelitian khusus mengenai itu [dampak gas air mata], itu toksikologi," kata Syaifullah, Senin (24/10).

Mereka tahu hanyalah dampak gas air mata menyebabkan iritasi atau berubahnya warna mata pasien. Menurutnya hal itu pun tergolong iritasi ringan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warna mata pasien yang terpapar gas air mata akan memerah dan kembali normal dalam waktu tiga sampai empat pekan. Mereka mengklaim hal itu juga tak mengganggu penglihatan korban.

"Tapi kami bisa mengambil kesimpulan itu secara tidak langsung dari hasil laboraturium [pasien] yang diperiksakan di ICU terutama," ucapnya.

Saat awal kedatangan pasien, Syaifullah menyebut pihaknya hanya fokus kepada penanganan kondisi kegawatan pasien. Atas alasan itu pihaknya belum melakukan penelitian kandungan gas air mata dalam tubuh korban.

"Pasien datang awal yang kami utamakan itu adalah melihat kegawatannya, kami tangani kegawatannya. Kami belum sampai ke arah pemeriksaan toksikologi. Toksikologi itu yang mengerjakan biasanya teman-teman dari forensik," katanya.

Syaifullah mengatakan jika pemeriksaan itu akan dilakukan sekarang, maka hal itu juga tidak lagi relevan. Sebab, menurutnya kandungan zat atau paparan gas air mata sudah berkurang atau hilang dari tubuh korban.

"Biasanya bahan-bahan itu tidak ada dalam tubuh pasien, jadi kami tidak melakukan pemeriksaan itu," ucapnya.

Senada, dokter ICU RSSA dr Akbar Sidiq mengatakan sebagian besar pasien Tragedi Kanjuruhan yang dirawatnya mengalami kekurangan oksigen. Namun soal apa zat yang menyebabkan fenomena itu, Akbar mengaku belum melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

"Kalau dari toksik atau jenis zatnya tidak kami lakukan pemeriksaan secara langsung. Cuma memang kalau dari hasil labnya dari pasien-pasien yang masuk ICU rata-rata memeng menunjukkan tanda-tanda kekurangan oksigen secara umum," pungkasnya.

(frd/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER