Kemenkes Ungkap Cuci Darah Tak Efek Pada Pasien Ginjal Akut

CNN Indonesia
Rabu, 26 Okt 2022 19:07 WIB
Kemenkes mengungkapkan mayoritas pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal tidak bisa sembuh meski sudah melalui proses hemodialisa alias cuci darah.
Ilustrasi Hemodialisa, Cuci Darah (Istockphoto/Akiromaru)
Jakarta, CNN Indonesia --

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan mayoritas pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) di Indonesia tidak bisa sembuh meski sudah melalui proses hemodialisa alias cuci darah.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan temuan itu cukup mengejutkan pihaknya sehingga kemudian Kemenkes mengkategorikan penyakit ini dengan penyakit gagal ginjal akut yang sebelumnya pernah ada. Kemenkes masih melakukan investigasi untuk menemukan penyebab GGAPA ini.

"Kalau gagal ginjal akut itu dengan cuci darah itu bisa kemungkinan sembuhnya sangat besar, 90 persen bisa sembuh," kata Nadia dalam acara daring yang disiarkan melalui kanal YouTube geloraTV, Rabu (26/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi ternyata pada kasus GGAPA yang kita temukan sejak khususnya Agustus-Oktober, ini dengan cuci darah atau hemodialisa pada anak itu kemudian anak tidak memberikan hasil signifikan," imbuhnya.

Nadia melanjutkan, tidak ada gejala khas dalam penyakit ini. Namun gejala paling banyak dialami pasien adalah oliguria (air kencing sedikit) atau anuria (tidak ada air kencing sama sekali).

Ia sekaligus menegaskan hingga saat ini penyebab penyakit GGAPA masih belum dapat diidentifikasi, kendati pemerintah cenderung menemukan penyebab karena keracunan senyawa obat yakni Etilen Glikol (EG) maupun Dietilen Glikol (DEG).

Namun ia memastikan, penyakit misterius ini tidak terkait dengan pemberian vaksin virus corona (Covid-19) maupun imunisasi rutin pada anak-anak.

"Terkait Long Covid-19 ataupun vaksin Covid-10, ataupun vaksin anak. Ini sudah dilihat tidak ada konsistensi di antara seluruh kasus, seluruh kasus ini tentunya kasus yang kami terima di RSCM, karena memang yang kita bisa disepakati studi dilakukan di RSCM sebagai pusat rujukan, sambil kita kembangkan," kata dia.

Di RSCM, konsisten dari 10 pasien yang dirawat, Kemenkes melihat terdapat tujuh pasien memiliki riwayat obat sirop dengan dua kandungan cemaran tersebut.

Lebih lanjut, Nadia menyebut pihaknya sebelumnya telah melakukan upaya konservatif dengan melarang total penggunaan maupun penjualan obat sirop di Indonesia, lantaran obat sirop tersebut diduga tercemar cairan EG maupun DEG.

Upaya itu menurutnya sebagai langkah kewaspadaan pemerintah dalam mencegah kenaikan kasus maupun kematian kasus GGAPA ini. Ia mengatakan, upaya itu juga berkaca dari temuan di Gambia hingga hasil konsultasi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Namun demikian, Kemenkes atas hasil pengujian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis 156 merek obat sirop yang telah dipastikan keamanannya usai diuji.

Rinciannya, 133 produk obat sirop yang tidak menggunakan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, hingga gliserin atau gliserol. Selanjutnya, dari daftar 102 obat temuan Kemenkes yang merupakan riwayat obat pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia, BPOM telah melakukan sejumlah pengujian.

Hasilnya, dari 102 obat itu, 23 di antaranya tidak menggunakan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, hingga gliserin atau gliserol, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat.

Kemenkes juga mengizinkan penggunaan 12 obat yang sulit digantikan dengan sediaan lain. Obat tersebut mengandung zat aktif asam valproat, sildenafil, dan kloralhidrat yang hanya boleh digunakan dengan monitoring terapi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan Indonesia.

"Kita juga sudah melakukan studi case control, karena kita juga melihat anak-anak yang mengonsumsi obat sirop cairan tapi dia tidak menderita GGAPA. Jadi secara paralel bahwa keputusan ini akan didukung bukti ilmiah," ujar Nadia.

"Tapi untuk pencegahan angka kematian agar tak tinggi, sebaiknya kita lebih konservatif sambil menunggu hasil pemeriksaan," imbuhnya.

(isn/khr/isn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER