Hasil analisis terhadap gas air mata di Tragedi Kanjuruhan bakal dipakai untuk menentukan penyebab kematian korban. Tekniknya, membandingkan kandungan zat kimia pada tubuh jenazah.
Anggota TGIPF Laode M Syarif mengungkapkan analisis tersebut merupakan hasil penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Kami sudah dapat dari BRIN, analisis kimiawinya, tapi itu akan diberikan ke Kemenkes untuk membantu penyidik," kata Laode di DPP Perindo, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (29/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemenkes akan memberikan itu dan nanti kalau diautopsi anaknya bisa kelihatan di dalam jantungnya ada chemical yang mana, jadi itu untuk menentukan [penyebab kematiannya]," lanjutnya.
Laode mengatakan gas air mata yang diteliti BRIN itu di antaranya merupakan gas air mata bekas pakai dan yang belum dipakai. BRIN menurutnya memiliki dua departemen yang melakukan pemeriksaan senyawa yang terkandung dalam gas air mata ini.
"Karena ada beberapa jenis, ada yang silver, biru, oranye, merah, itu semua kita berikan [ke BRIN]. Terus hasil analisis chemical compound (senyawa kimia), saya tidak bisa sebut ya," kata mantan pimpinan KPK itu.
Berdasarkan keterangan yang diterima TGIPF, katanya, Polda Jawa Timur bakal melakukan proses ekshumasi atau penggalian kubur terhadap dua jenazah korban tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (5/10). Proses itu merupakan serangkaian dalam agenda autopsi.
Laode menyebut dua jenazah dengan jenis kelamin perempuan tersebut berasal dari keluarga yang sama. Proses ekshumasi akan dilakukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dusun Pathuk RT 28/RW 8 Kelurahan Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Tragedi Kanjuruhan ini telah menewaskan 135 orang dan membuat lebih dari 400 lainnya luka-luka. Komnas HAM menyebut faktor penyebab terjadinya tragedi ini karena gas air mata yang ditembakkan aparat ke arah tribun penonton stadion Kanjuruhan.
Sebelumnya, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengaku sudah menyerahkan hasil penelitian gas air mata yang digunakan kepolisian di Stadion Kanjuruhan, Malang, kepada Menko Polhukam Mahfud MD, Kamis (21/10).
"Sudah (diserahkan ke Menko Polhukam), hasil analisa lengkap," katanya, Jumat (21/10).
Ia enggan mengungkap hasil analisa soal gas air mata itu. "Itu nanti Pak Menko saja (hasil analisa)," kata dia.
TGIPF yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD sebelumnya telah menyerahkan laporan akhir Tim ke Presiden Jokowi pada Jumat (14/10). Mahfud mengatakan pihaknya menyimpulkan gas air mata sebagai pemicu utama kepanikan berujung meninggalnya ratusan nyawa.
"Yang mati dan cacat serta sekarang kritis dipastikan setelah terjadi desak-desakan setelah gas air mata yang disemprotkan," kata dia.
(khr/arh)