ANALISIS

Endorse Capres dari Jokowi Bisa Rusak Citra Pilpres 2024

CNN Indonesia
Rabu, 09 Nov 2022 09:02 WIB
Pernyataan dukungan Jokowi kepada capres tertentu dianggap bisa berdampak pada citra pemilu atau pesta demokrasi yang digelar di Indonesia.
Jelang Pilpres 2024, Jokowi kerap bicara soal sosok capres yang bakal berlaga. Dalam beberapa kesempatan itu terkesan memberikan dukungan.. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam beberapa kesempatan menyatakan dukungannya kepada mereka yang dianggap potensial maju di pemilihan presiden (pilpres) 2024. 

Pada 21 Mei lalu misalnya, saat Rakernas salah satu kelompok relawannya Projo. Kala itu, Jokowi sempat dinilai sebagai sinyal dukungan kepada rekan separtainya sekaligus Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pidatonya, Jokowi meminta agar relawannya ojo kesusu alias tak perlu buru soal urusan dukungan capres, meski sosok yang didukung hadir di acara tersebut. Sejumlah pengamat menilai ucapan Jokowi itu mengarah ke Ganjar yang turut hadir di acara tersebut.

"Urusan politik ojo kesusu sik. Jangan tergesa-gesa, meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini," kata Jokowi saat itu.

Teranyar, dalam acara HUT Perindo pada Senin (7/11), Jokowi secara terang-terangan memberikan sinyal dukungan kepada Prabowo di Pilpres 2024. Kata Jokowi, Pilpres 2024 akan menjadi jatah Prabowo setelah dirinya dua kali menang di pilpres sebelumnya.

"Dua kali di pilpres juga menang. Mohon maaf, Pak Prabowo. Kelihatannya setelah ini jatahnya Pak Prabowo," ucap Jokowi.

Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menyampaikan bahwa sebagai seorang presiden, Jokowi sepatutnya tak boleh menyampaikan dukungannya ke pihak tertentu yang digadang-gadang akan maju sebagai capres di Pilpres 2024.

"Dia harus menahan syahwat dia untuk mendukung salah satu di antara capres, bahkan mendukung semua juga tidak bisa karena nanti iri-irian," kata Hendri saat dihuhungi CNNIndonesia.com, Selasa (8/11).

"Harusnya dia tidak mendukung siapapun dan mempersilakan saja pada rakyat memilih, ini kan sebetulnya ritual biasa dalam demokrasi, ritual lima tahunan, harusnya enggak perlu terlalu sibuk lah presiden," imbuhnya.

Hendri menilai pernyataan dukungan bisa dilihat juga bahwa Jokowi sebenarnya ingin menjadi seorang 'king maker' alias bisa menentukan seseorang menjadi 'raja'.

Namun, Hendri menyebut bahwa hal ini justru bisa berdampak pada citra pemilu atau pesta demokrasi yang digelar di Indonesia.

"Presiden enggak boleh jadi king maker, kasian pemilunya, nanti dianggap enggak jurdil, masa penguasa ikut menentukan pengganti, enggak boleh dalam demokrasi, tidak dibenarkan," ucap dia.

Klik untuk selanjutnya

Strategi Politik Jokowi

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER