Ketua DPR RI Puan Maharani mendorong peningkatan kerja sama antara Indonesia dengan Korea Selatan (Korsel), khususnya dalam menghadapi tantangan global berupa isu perdamaian, inflasi, harga energi dan pangan, perubahan iklim, hingga upaya mengatasi pandemi.
Hal itu disampaikan Puan dalam pertemuan dengan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Istana Kepresidenan Korea Selatan atau Blue House di Seoul, Kamis (10/11). Puan datang bersama Presiden kelima RI, Megawati Soekarnoputri.
Menurut Puan, pertemuan tersebut dapat menjadi momentum tepat guna memperkuat kerja sama Indonesia dengan Republik Korea.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kerja sama antar parlemen Indonesia dan Korea Selatan juga perlu terus dikembangkan agar tidak tertinggal dari yang dilakukan pemerintah dan pihak swasta. Hubungan kedua negara akan semakin solid jika terdapat hubungan erat antar parlemen kedua negara," kata Puan.
Puan mengungkapkan, hubungan diplomatik Indonesia dan Korsel yang terjalin sejak tahun 1973 harus semakin ditingkatkan. Mulai November 2017 silam, hubungan bilateral kedua negara telah memasuki babak baru melalui Joint Vision Statement for Co-Prosperity and Peace, di mana kedua pemimpin negara sepakat untuk meningkatkan status kemitraan menjadi special strategic partnership.
Puan lantas mendorong agar dilakukan pengembangan people-to-people contact dalam mendukung kerja sama kedua negara agar lebih kokoh. Sebab, hubungan pemerintah dapat mengalami pasang surut, namun kerja sama antar negara dapat berlangsung solid jika terdapat hubungan erat antar masyarakat.
"Saya berharap pemerintah Korea dapat memberikan kemudahan visa masuk bagi WNI yang akan berkunjung ke Korea. Tingginya intensitas hubungan kedua negara menyebabkan banyaknya kunjungan WNI ke Korea," ungkap Puan.
Pada kesempatan itu, Puan dan Yoon juga membahas soal hubungan ekonomi, pertahanan, hingga pendidikan antara Indonesia dengan Korsel. Puan mengapresiasi peningkatan tren perdagangan kedua negara yang pada tahun 2021 mencapai US$18 miliar, di mana investasi Korea di Indonesia juga tumbuh dua kali lipat.
Puan berharap, nilai perdagangan dan investasi Korea Selatan di Indonesia pada 2022 akan tumbuh lebih besar yang ditunjang oleh tingginya angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022 sebesar 5,72 persen. Untuk itu, Puan mendorong implementasi konkret dari IK-CEPA agar dapat menciptakan kesejahteraan rakyat kedua negara.
Beberapa perkembangan hubungan ekonomi kedua negara lain yang turut dibahas dalam pertemuan, termasuk investasi Korea dalam pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang akan menyerap banyak tenaga kerja. Puan juga menyinggung soal investasi strategis industri mobil listrik dan baterai.
"Saya harapkan kerja sama bidang mobil listrik akan berkontribusi untuk penanganan perubahan iklim. Ke depan diharapkan dapat dilakukan kerja sama riset dan pengembangan ekosistem kendaraan listrik tersebut," ujarnya.
Puan menambahkan, Indonesia dan Korsel perlu menjajaki lebih banyak kerja sama pendidikan. Apalagi, jumlah 2 ribu pelajar Indonesia yang menimba ilmu di Korsel terbilang kecil dibandingkan pelajar negara Asia lain di Negeri Ginseng tersebut.
Adapun beberapa bidang riset yang dapat dikerjasamakan oleh kedua negara antara lain Green Economy, Blue Economy, Technology and Medical Device, Penerapan Technology, dan science, technology, engineering, dan mathematics (STEM).
Sama seperti yang disampaikan ketika melakukan pertemuan bilateral dengan Ketua Majelis Nasional Korea Selatan Kim Jin-pyo, Puan pun meminta Yoon memberi perhatian lebih terhadap sekitar 39 ribu warga Indonesia yang berada di Korea Selatan.
"Mohon perhatian dan dukungan bapak Presiden Yoon Suk-yeol terhadap para WNI di Korea Selatan, agar mereka dapat beraktivitas dengan baik, dan hak-haknya terjamin," ucapnya.
Puan berharap, Indonesia dan Korea dapat terus menjalin kerja sama yang berguna bagi kemakmuran rakyat kedua negara.
"Momentum tahun 2023 sebagai peringatan 50 tahun hubungan Korea-Indonesia perlu untuk dimaknai dengan kerja sama konkret yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat kedua negara. Terima kasih, kamsahamnida," lanjut Puan.
Hal senada juga disampaikan oleh Presiden Yoon Suk-yeol, yang berharap hubungan kerja sama Indonesia dan Korsel yang sudah terjalin sejak 50 tahun lalu harus terus ditingkatkan.
Pertemuan Puan dan Megawati bersama Yoon sebenarnya dijadwalkan hanya berlangsung 30 menit. Namun karena pembicaraan begitu hangat, pertemuan jadi lebih dari satu jam. Duber RI untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto yang hadir dalam kesempatan itu mengatakan, ketiga tokoh itu juga membicarakan keluarga masing-masing.
Menurut Gandi, Yoon sangat antusias mendengarkan kisah-kisah tentang Bung Karno, khususnya mengenai hubungan presiden pertama RI itu dengan bangsa Korea. Bung Karno pun menjadi tokoh yang cukup dihormati, baik oleh Korea Selatan maupun Korea Utara. Hubungan erat Bung Karno dengan Korea berlanjut sampai ke Megawati dan Puan.
"Kepada Presiden Yoon, Ibu Mega mengutip pesan Bung Karno yang mengatakan bangsa Asia sebenarnya lebih kaya dari bangsa lain dari sisi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), tapi harus bersatu," kata Gandi.
Saat itu, Puan juga menyampaikan belasungkawa atas Tragedi Itaewon yang menewaskan 156 orang. Sebelum bertemu Yoon, Puan baru saja mengunjungi lokasi Tragedi Itaewon untuk memberi penghormatan kepada korban dengan memanjatkan doa dan meletakkan bunga.
Puan kemudian menyatakan apresiasi terhadap pemerintah dan rakyat Korsel yang membantu Indonesia dalam upaya menangani pandemi Covid-19.
"Saya juga mengapresiasi pada awal Covid-19 pemerintah dan rakyat Korea Selatan telah membantu Indonesia berupa obat-obatan, hingga peralatan medis," kata Puan.
(rea)