Kronologi Santri Idap Asma di Sragen Tewas Kena Hukum Pukulan Senior

CNN Indonesia
Kamis, 24 Nov 2022 07:37 WIB
Santri Pondok Pesantren Ta'mirul Islam Cabang Masaran, Sragen, DWW (15) meninggal dunia setelah dipukul oleh seniornya, MHNR (16), karena lalai piket kebersihan Foto: Istockphoto/deepblue4you
Solo, CNN Indonesia --

Polres Sragen menyebut santri Pondok Pesantren (Ponpes) Ta'mirul Islam Cabang Masaran, Sragen, DWW (15) meninggal dunia setelah dipukul oleh seniornya, MHNR (16).

Kasi Humas Polres Sragen, Iptu Ari Pujiantoro mengatakan MHNR memukul korban hingga tersungkur ke lantai. Korban diduga meninggal dunia dalam perjalanan menuju RS PKU Muhammadiyah Sragen.

"Korban sempat dibawa ke Klinik Medika. Namun dari klinik menyatakan tidak sanggup lalu dirujuk ke RS PKU muhammadiyah Masaran. Namun dalam perjalanan, kemungkinan meninggal dunia," katanya, Rabu (23/11).

Peristiwa nahas tersebut pada Sabtu (19/11) pukul 22.45 WIB. Seorang santri senior meminta izin kepada salah satu ustaz untuk mengumpulkan santri-santri yang melalaikan tugas piket kebersihan.

"Namun pada pelaksanaannya, setelah kumpul, senior tersebut memberikan tindakan yang kurang pas sehingga berakibat salah satu santri tersebut pingsan di tempat kejadian," katanya.

Melihat santri tersebut pingsan, senior tersebut langsung melapor kepada salah satu ustadz di pondok. Ustadz tersebut kemudian segera melarikan korban ke klinik medika yang merupakan mitra Ponpes Ta'mirul Islam.

Setelah diperiksa, klinik menyatakan tidak sanggup menangani korban sehingga korban dirujuk ke RS PKU Muhammadiyah Masaran, Sragen. Sampai di RS PKU, korban sudah dinyatakan meninggal dunia. Korban diduga meninggal di perjalanan.

"Setelah kejadian tersebut, dari pihak pesantren menghubungi keluarga korban. Lalu sekira pukul 07.00 dari ponpes melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Masaran," katanya.

Saat dikonfirmasi, salah satu anggota Forum Masyayikh (sesepuh) Ponpes Ta'mirul Islam, Muhammad Wazir Tamam membenarkan kronologi tersebut. Pihak Ponpes juga meminta keterangan dari beberapa santri yang menyaksikan kejadian tersebut.

Ia mengakui pelaku sempat meminta izin kepada pengurus rayon Organisasi Santri Ta'mirul Islam (OSTI) untuk mengevaluasi kebersihan rayon. Satu rayon terdiri dari empat kamar. Dari hasil evaluasi tersebut, beberapa anak yang dianggap lalai menjalankan tugas piket diminta untuk maju ke hadapan santri-santri lain.

"Ada beberapa yang maju di depan anak-anak. Di situlah terjadi kekerasan," katanya.

Pelaku sempat menawarkan dua pilihan sanksi kepada para santri tersebut. Pilihan pertama sanksi panjang yaitu membersihkan setiap hari selama dua pekan atau sanksi singkat berupa hukuman fisik.



"Mereka yang melanggar itu pilih, 'sanksi sikat saja kak'. Mereka disuruh pasang kuda-kuda lalu dipukul," katanya.

Menurut Wazir, ada beberapa anak yang mendapat hukuman fisik tersebut. Dari tiga atau empat anak yang dipukul, hanya DWW yang berakibat fatal.

"Ada tiga atau empat anak. Yang lain tidak berakibat fatal

Wazir mengatakan korban memiliki sakit asma. Hal itu diketahui dari obat-obatan yang ditemukan di almarinya.

"Jadi mungkin sesak nafas, ambruk," katanya.

(syd/gil)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK