Cerita Guru di Mataram Pelajari Teknologi demi Pembelajaran Lebih Baik

* | CNN Indonesia
Kamis, 24 Nov 2022 00:00 WIB
Sebagai motor perubahan, semestinya guru memiliki pola pikir kritis serta jiwa pemelajar yang tangguh.
Sunarti, Guru SMAN 1 Mataram (Dok. Kemendikbudristek)
Jakarta, CNN Indonesia --

Sebagai motor perubahan, semestinya guru memiliki pola pikir kritis serta jiwa pemelajar yang tangguh. Tujuannya, agar dapat terus berinovasi dalam proses pembelajaran. Hal itu yang dilakukan oleh Sumiati dan Sunarti, guru asal Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Sumiati mengungkapkan, dirinya sudah tertarik pada teknologi sejak awal. Menurutnya, teknologi harus masuk dalam kompetensi pedagogik. Sumiati juga menggarisbawahi kemampuan beradaptasi yang harus dimiliki seorang guru profesional.

"Sebab, kompetensi tersebut sangat dibutuhkan agar guru bisa mengelola pembelajaran sesuai dengan kondisi yang ada khususnya di abad ke-21 ini," kata guru mata pelajaran kimia yang mengajar di SMAN 11 Mataram itu.

Semenjak pandemi melanda Indonesia, tutur Sumiati, mau tak mau guru-guru harus belajar memanfaatkan teknologi demi menunjang pembelajaran. Google Classroom menjadi salah satu media digital yang digunakan guru untuk membuat soal secara daring.

Beberapa guru senior diakui membutuhkan lebih banyak waktu dalam proses adaptasi, namun Sumiati menegaskan, ada ketertarikan untuk belajar. Sesama guru dari berbagai usia pun saling bantu untuk menciptakan materi pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai kebutuhan peserta didik.

adv_KEMENDIKBUDRISTEKRISumiati, Suru SMAN 11 Mataram (Dok Kemendikbudristek)

Sumiati mengingatkan, peningkatan kompetensi digital dan teknologi informasi (TI) bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.

"Pengembangan diri bisa dilakukan dengan mandiri tanpa harus menunggu dipanggil pelatihan oleh pemda, apalagi pada zaman sekarang ini banyak sekali pelatihan-pelatihan online yang tidak berbayar yang bisa diikuti oleh guru-guru," katanya.

Hal lain yang juga bisa menjadi dukungan bagi pembelajaran guru adalah kolaborasi. Karena, setiap ilmu dan pengalaman yang didapat akan bernilai jika diimbaskan kepada guru-guru lain.

"Jika mereka memiliki kemampuan lebih, maka saya akan mengajak dia untuk berbagi dan berkolaborasi, sehingga mampu meningkatkan kapasitas satu sama lain," kata Sumiati.

Senada, Sunarti selaku guru Bahasa Indonesia di SMAN 1 Mataram sepakat bahwa kolaborasi dibutuhkan dalam upaya meningkatkan capaian belajar siswa. Semangat untuk meningkatkan kapasitas itu harus muncul dari diri sendiri, karena guru adalah sosok yang digugu (dipercaya) dan ditiru.

"Salah satu cara yang paling sederhana untuk meningkatkan kompetensi adalah dengan berbagi dan berkolaborasi. Seorang guru haruslah terus tergerak, terus bergerak, dan teruslah menggerakkan komunitas di sekitarnya," kata Sunarti.

Usai mengikuti berbagai pelatihan, Sunarti mendapatkan inspirasi untuk mengajar, seperti metode "AMP" yang memberdayakan alumni, media swadaya, dan penghargaan guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Ada pula "ES TEH" yang merupakan singkatan dari Empati, Simpati, Tulus, Energik, dan Harmonisasi sebagai upaya meningkatkan nilai karakter siswa.

Ketiga, ada "DIKSI SI DARLING", singkatan dari Diskusi, Kolaborasi, dan Apresiasi Daring Luring atasi Learning Loss di Masa PTMT. Keempat, "KIS" yang adalah singkatan dari Kolaborasi, Inovasi, dan Solusi dalam perwujudan Merdeka Belajar dan Profil Pelajar Pancasila.

adv_KEMENDIKBUDRISTEKRISunarti, Guru SMAN 1 Mataram (Dok. Kemendikbudristek)

Sunarti mengaku senang dan bersyukur ketika upaya memberikan pembelajaran bermakna bagi peserta didik membuahkan hasil.

"Siswa lebih antusias dan lebih banyak ingin tahu tentang cara dan materi yang guru ajarkan. Pembelajaran menggunakan IT sangat menarik dan tidak membosankan, kata siswa," ucapnya.

Dia menambahkan, upaya guru di sekolahnya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran juga semakin optimal karena mendapat dukungan kepala sekolah. Sunarti meyakini, guru sebagai garda terdepan harus mampu menguasai berbagai kompetensi yang sesuai dengan perkembangan zaman agar proses belajar di satuan pendidikan semakin asyik, aktif, interaktif, kreatif, produktif, dan menyenangkan.

Semangat Belajar, Semangat Mengimbaskan

Sumiati adalah sosok guru yang senang belajar. Tekadnya begitu kuat untuk mempelajari berbagai hal baru. Dia mengaku selalu bersemangat setiap mengikuti pelatihan, baik itu pelatihan secara mandiri maupun pelatihan dari pemda dan pusat.

"Biasanya setelah mengikuti pelatihan saya merasa keterampilan dan kemampuan semakin bertambah, dan saya selalu tidak sabar untuk berbagi dan mengimbaskannya baik kepada teman guru yang lain maupun kepada siswa," katanya.

Pelatihan yang telah diikuti Sumiati antara lain, pembuatan naskah dan video pembelajaran, Orientasi Pembelajaran Kurikulum Merdeka (online mandiri), dan pelatihan Penggerak Merdeka Belajar. Adapun pelatihan yang paling diminati adalah Pembuatan Modul Ajar Kurikulum Merdeka secara Offline dan Pelatihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila secara Offline.

Berbagai pelatihan itu membuat Sumiati melakukan berbagai perubahan dalam pola pembelajaran di kelas, seperti penerapan pembelajaran berdiferensiasi, merancang pembelajaran bermakna bagi siswa, hingga membimbing setiap siswa untuk membuat dan menggunakan blog sebagai media pembelajaran.

Semangat Sumiati pun semakin terpicu berkat dukungan kepala sekolah, serta sambutan positif dari murid-murid.

"Saya juga termotivasi untuk memvariasikan model pembelajaran di kelas seperti model pembelajaran PBL, PJBL, Discovery Learning dan lain-lain," kata Sumiati.

(*/*)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER