Aksi warga Papua memperingati 61 tahun operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) di depan Kantor Perwakilan PBB di Jakarta dipaksa bubar oleh massa aksi lain yang mengatasnamakan kelompok 'Bela NKRI'.
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com di lokasi, massa Bela NKRI sejak awal kedatangannya mendorong massa aksi warga Papua. Mereka mengusir paksa warga papua yang ada di lokasi.
Massa aksi Bela NKRI menerobos barisan polisi ke arah massa aksi Papua. Massa aksi Bela NKRI mendorong dan melemparkan kertas ke massa aksi Papua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Massa aksi Papua mencoba bertahan. Namun, karena terus didorong, massa aksi pun meninggalkan lokasi.
Massa aksi Papua meminta untuk tidak didorong. Mereka pun protes karena mendapatkan intimidasi. Padahal, aksi Papua digelar secara damai.
Aksi tersebut digelar untuk memperingatkan bahwa operasi Trikora tidak layak, karena memaksa Papua bergabung dengan NKRI.
"Kami aksi damai. Teman-teman mengagap bahwa operasi Trikora itu tidak layak," kata salah satu perwakilan massa aksi, Surya Anta, Senin (19/12).
Eks tahanan politik Papua itu pun mempertanyakan keberadaan massa aksi Bela NKRI. Menurutnya, massa dari Papua sudah mengirim surat pemberitahuan aksi di depan Kantor PBB perwakilan Jakarta.
"Perlu ditanyakan kepada kepolisian apakah mereka sesuai aturan kepolisian memberi surat pemberitahuan atau tidak karena kami memberi surat pemberitahuan," kata Anta.
Massa aksi warga Papua akhirnya mundur dan bubar karena terus didesak sekitar pukul 15.30 WIB.
Sementara itu, menurut keterangan Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Komarudin, memang ada dua kelompok massa yang melakukan aksi demo di depan kantor perwakilan PBB di Jakarta pada hari ini.
Menurut Komarudin, kedua kelompok tersebut melakukan aksi demo tanpa ada surat pemberitahuan.
Dia menyebut kericuhan terjadi saat Kelompok Aliansi Bela NKRI sedang melakukan orasi. Kemudian, Front Mahasiswa Papua se-Jabodetabek tiba-tiba datang ke lokasi demo.
"Mereka sempat terkaget (NKRI), begitu mereka (Papua) datang, mereka berupaya saling mengusir," kata Komarudin saat dihuhungi.
Menurut Komarudin, kericuhan pecah sekitar pukul 15.30 WIB. Namun, ia mengklaim tak ada aksi saling dorong maupun saling lempar dalam peristiwa itu.
"Tidak (ada aksi saling dorong dan lempar), ada petugas di lapangan, kita sekat, kita pisahkan," ucap dia.
Komarudin menyebut kericuhan hanya berlangsung selama 10 menit. Ia menuturkan sekitar pukul 16.00 WIB situasi sudah kembali tertib.
(yla/dis/tsa)