Bencana alam yang terjadi di 14 kabupaten kota di Sulawesi Selatan (Sulsel) akibat dari cuaca ekstrem memakan korban jiwa.
Bencana seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, angin kencang dan puting beliung hingga abrasi itu dilaporkan membuat lima orang warga dilaporkan meninggal dunia.
Berdasarkan Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Selatan, 14 daerah yang terdampak cuaca buruk, yaitu Kabupaten Takalar, Soppeng, Pinrang, Kepulauan Selayar, Jeneponto, Gowa, Sidenreng Rappang (Sidrap), Enrekang, Wajo, Kota Parepare, Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Bone, Maros dan Kota Makassar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bencana alam terjadi sejak tanggal 22 hingga 25 Desember, ada banjir dan bencana lainnya diakibatkan cuaca buruk," Kepala Seksi Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, Andi Wahid, Senin (26/12).
Sementara untuk bencana banjir yang terparah, kata Wahid, berada di Kabupaten Soppeng, Wajo, Maros dan Makassar. BPBD Provinsi Sulsel juga sudah turun langsung memberi bantuan untuk yang terdampak.
"Banjir terparah di Soppeng karena terjadi di empat kecamatan, dan 10 ribu warga terdampak, termasuk lebih 2.500 hektare sawah dan kebun milik warga terendam banjir," ungkapnya.
Terpisah, Kalak BPBD Maros, Fadli mengatakan, Kabupaten Maros akibat dampak banjir mengakibatkan dua orang warga meninggal dunia yakni, seorang ibu dan balita berusia dua tahun.
"Info yang kami terima itu orang tuanya panik lagi menyelamatkan barang, sehingga tidak sadar anaknya terjatuh," kata Fadli.
Kemudian bencana longsor yang terjadi di Kabupaten Gowa dan Enrekang, Pangkep dan Bone. Namun, di Gowa terdapat tiga warga meninggal dunia, karena tertimbun material longsor dengan kerugian material mencapai Rp 500 juta.
Selain itu, abrasi pantai terjadi di Kabupaten Takalar dan Pinrang, kemudian bencana angin puting beliung terjadi di Kabupaten Kepulauan Selayar, Jeneponto, Sidrap dan Kota Parepare.
Di Makassar daerah yang menjadi langganan saat musim hujan tiba salah satunya berada di Perumnas Antang blok 8 dan 10, Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala. Ratusan warga pun terpaksa mengungsi sejak Sabtu (24/12) malam.
Lurah Manggala, Arwina Aminuddin menerangkan, bahwa ketinggian air naik sedikit demi sedikit menyusul tingginya curah hujan hingga mencapai 2 meter.
"Kemarin masih bisa masuk jalan di posko, di masjid, walaupun masih di atas lutut. Tapi sekarang kami sudah tidak bisa ke situ karena memang perkembangannya sangat cepat. Cuman hujan gerimis tapi air mengalir ke sini cukup deras," kata Arwina.