Keluarga Korban Kanjuruhan ke Mahfud MD: Hasil Autopsi Dimanipulasi

CNN Indonesia
Jumat, 06 Jan 2023 18:01 WIB
Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan menyampaikan ketidakpuasan atas hasil autopsi kepada Mahfud MD. Mereka merasa dizalimi.
Devi Athok menangis dan histeris saat menyaksikan autopsi dua anaknya NDR (16) dan NDB (13) yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan. (CNN Indonesia/Farid)
Jakarta, CNN Indonesia --

Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, Malang, menyampaikan ketidakpuasan atas hasil autopsi kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD.

Mahfud juga merangkap Ketua Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) Tragedi Kanjuruhan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang keluarga korban, Devi Athok menduga hasil autopsi dua putrinya yang menjadi korban Kanjuruhan, telah dimanipulasi oleh tim Perhimpunan Dokter Forensik (PDFI) Jawa Timur.

"Yang kita takutkan terjadi. Hasil autopsi dimanipulasi oleh pihak PDFI Surabaya. Tadi saya bilang ke Pak Mahfud, ini kami telah dizalimi, kami minta tolong ditindaklanjuti," kata Devi usai bertemu Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (6/1).

Ia tidak puas dengan hasil autopsi yang menyebutkan dua anaknya meninggal karena patah tulang.

Police officers fire tear gas during a soccer match at Kanjuruhan Stadium in Malang, East Java, Indonesia, Saturday, Oct. 1, 2022. Clashes between supporters of two Indonesian soccer teams in East Java province killed over 100 fans and a number of police officers, mostly trampled to death, police said Sunday. (AP Photo/Yudha Prabowo)Polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun Stadion Kanjuruhan, hingga memicu ratusan orang meninggal dunia. (AP/Yudha Prabowo)

Selain itu, hasil autopsi juga tak menemukan adanya zat atau kandungan gas air mata pada jenazah dua korban.

"Saya memandikan sendiri, dari ujung rambut sampai kaki, dari kelaminnya, itu tidak ada yang patah. Saya tekan-tekan tidak ada yang patah dan bahwa amoniak di dalam mulutnya masih ada, busanya, saya mandikan masih keluar," kata Devi.

Ia menyebut posisi kedua anaknya saat tragedi tersebut berada di tribun. Oleh karena itu, menurutnya kedua anaknya meninggal karena gas air mata.

"Anak saya meninggalnya di tribun, tidak turun lapangan dan mantan istri saya juga gitu, meninggalnya di tribun, tidak di dalam lorong. Kalau penganiayaan, anak saya bukan, ini karena gas beracun air mata yang ditembakkan oknum Brimob Polda Jatim dan Sabhara Polres Malang," kata dia.

Sebelumnya, Ketua PDFI Jatim Nabil Bahasuan mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan oleh ahli dari BRIN, tak ditemukan adanya zat atau kandungan gas air mata pada jenazah dua korban Kanjuruhan, yang merupakan anak Devi.

"Dari hasil pengumpulan sampel yang ada pada kedua korban. Kami sudah mengumpulkan kepada BRIN, dan didapatkan tidak terdeteksi adanya gas air mata tersebut," kata Nabil, ditemui di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, Rabu (30/11).

Sementara pada pemeriksaan patologi, kata Nabil, pihaknya menemukan sejumlah luka akibat kekerasan benda tumpul.

Nabil menyebut pada jenazah pertama, korban NDR, ditemukan sejumlah tulang iga yang patah. Juga pendarahan yang parah.

Sedangkan pada jenazah korban kedua, yakni NDB ditemukan patah tulang dada atau tulang iga.

(yoa/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER