Jurnalis senior Victor Mambor menduga teror bom di samping rumahnya, di Jayapura pada Senin (23/1) berkaitan dengan beberapa pemberitaan yang dipublikasikan di Tabloid Jubi Papua beberapa bulan terakhir.
Pemberitaan itu terkait persidangan kasus mutilasi empat warga sipil di Mimika dan kasus Paniai berdarah. Victor mengaku dirinya bukan penulis berita tersebut, tapi dia adalah pemimpin umum yang bertanggung jawab.
"Pertama saya sudah tidak aktif, kurang aktif pemberitaan Jubi saya lebih di nonredaksi," kata Victor dalam konferensi pers, Selasa (24/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma memang ada pantauan beberapa isu itu soal mutilasi, pengadilan mutilasi, Paniai berdarah, penembakan di Gunung Bintang," ujarnya.
Pengacara publik LBH Pers Ahmad Fathanah Haris juga mempunyai dugaan yang sama. Sebab, beberapa kali teror yang didapat oleh jurnalis, terjadi setelah ada pemberitaan yang kritis.
"Setiap ada kejadian begitu pasti ada kasualitas yang muncul, karena ada pemberitaan [persidangan kasus mutilasi] di pengadilan tinggi militer," ujarnya.
Dia pun mendesak agar kepolisian menindaklanjuti teror bom tersebut. Menurutnya, polisi bisa mengidentifikasi dari sisa bom rakitan masih tertinggal di lokasi.
"Tindakan pengeboman dengan bentuk bom rakitan itu, kalau pihak kepolisian sudah mengevakuasi itu kan bisa mencari jejak-jejak serpihan," ucap dia.
"Dari situ kan kelihatan siapa yang menjual bahan-bahan rakitan itu. Beda dengan perusakan, yang ga menghilangkan jejak ya," imbuhnya.
Sebelumnya, Victor mengungkapkan kronologi detik-detik menjelang bom meledak di samping rumahnya di Jayapura pada Senin (23/1).
Victor bercerita dia terbangun dari tidur sekitar pukul 02.00 WIT dini hari. Dia pun keluar rumah dan membuka laptop untuk mengerjakan sesuatu. Setelah itu, Victor kembali memasuki rumah untuk menonton televisi (TV) sekitar pukul 04.00 WIT.
Beberapa menit kemudian, Victor mendengar suara motor menuju rumahnya. Suara motor itu, kata Victor, berhenti beberapa menit. Lalu motor kembali bersuara meninggalkan rumahnya.
Tak lama setelah motor pergi, bom pun meledak sekitar pukul 04.20 WIT, usai azan Subuh berkumandang. Victor menyebut suara dari ledakan itu sangat besar dan membuat rumahnya bergetar.
"Saya dengar orang starter motor, motor matic. Terus jalan motornya. Kalau matic kan langsung jalan. Tidak sampai satu menit setelah dia jalan itu meledak itu," kata Victor dalam konferensi pers daring, Selasa (24/1).
"Suaranya besar sekali saya juga kaget tidak seperti petasan, atau tembakan. Ini dekat sekali bunyinya," imbuhnya.
Sementara itu, Kapolsek Jayapura Utara Kompol Jahja Rumra menyebut telah melakukan penyelidikan guna mengungkap motif peledakan tersebut.