Ma'ruf Amin Dorong Negara Berkembang Jadi Dewan Keamanan PBB

CNN Indonesia
Selasa, 07 Feb 2023 01:00 WIB
Saat berbicara dalam Muktamar Internasional Fikih Peradaban di Surabaya, Ma'ruf Amin mengatakan negara berkembang harus diberi hak setara negara maju dalam PBB.
Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin merupakan eks Ketua Umum MUI Pusat. (Antara Foto/Kornelis Kaha)
Surabaya, CNN Indonesia --

Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin mendorong negara-negara berkembang diberi kesempatan yang sama dengan negara maju di dalam Dewan Keamanan (DK) Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB).

Menurutnya negara berkembang seharusnya bisa pula menjadi anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

"Perjanjian Internasional yang ditetapkan PBB tidak sedikit yang dilanggar sehingga sering kali terjadi konflik antarnegara," kata Ma'ruf Amin dalam forum Muktamar Internasional Fikih Peradaban I yang mengangkat tajuk Membangun Landasan Fiqih untuk Perdamaian dan Harmoni Global di Shangri-La Hotel, Surabaya, Senin (6/2)

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Oleh karena itu PBB harus diperkuat dengan memberikan kesetaraan hak antaranggota, dan menambah representasi sebagai anggota tetap Dewan Keamanan, yang mempunyai hak veto dari negara berkembang," ucapnya.

Ma'ruf mencontohkan, konflik internasional yang menjadi sorotan seperti pendudukan Israel di Palestina, serangan multinasional ke Irak, perang Rusia-Ukrania yang berdampak secara global.

Oleh sebab itu, Ma'ruf mendorong supaya forum-forum Internasional seperti hari harus lebih sering diadakan agar wacana perdamaian dunia bisa diwujudkan.

"Dalam membangun peradaban penting untuk membangun kesadaran bahwa manusia adalah wakil Allah di bumi. Diberi mandat untuk mengelola dan membangun bumi beserta peradabannya," ujarnya.

Saat membuka forum Muktamar Fikih, Ma'ruf mengatakan, ilmu fikih haruslah mampu merespons dinamika masyarakat dan perkembangan zaman.

"Ilmu fikih harus dapat menyesuaikan dan berkarakteristik dinamis menerima perkembangan zaman," ucap mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu.

Menurutnya, keniscayaan akan fatwa baru penting lantaran sumber hukum utama, Al Quran dan Hadits sangat terbatas, sementara permasalahan baru dan terbarukan datang silih berganti.

"Orang yang berpikir bahwa hukum tidak bisa berubah maka bisa dipastikan orang itu tidak memahami Islam itu sendiri," kata eks Rais Aam PB Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

Dalam hal ini, terang dia, NU sebetulnya sudah lama mengadopsi fleksibilitas dan pemikiran Islam. Itu dilakukan pada Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama NU di Lampung pada 1992 silam.

Tak hanya itu, lanjut dia, pertemuan itu juga mendefinisikan karakteristik NU yang moderat dan berbasis metodologi. Oleh karena itu, NU bisa mengemukakan metodologi global dan terkini.

"Karena kami sadar bahwa membangun peradaban itu penting. Manusia bertugas untuk mengelola peradaban dunia dan bertanggung jawab memakmurkan bumi," ujar Ma'ruf.

(frd/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER