Tradisi Ziarah DPD PDIP Jateng dan Jejak Warisan Bung Karno di Blitar
Pimpinan dan tokoh DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah bersama ribuan kader berziarah ke makam Presiden pertama Indonesia, Soekarno di Blitar, Jawa Timur, pekan lalu.
Bagi kader PDIP, ziarah ke makam Bung Karno bukan sekadar merawat kebudayaan semata, tetapi juga simbol untuk menyalakan api perjuangan dalam mewarisi nilai-nilai Trisakti Bung Karno sebagai bagian dari penyambung lidah rakyat.
Tradisi ini dilakukan tepat setahun menjelang pelaksanaan pemilu sekaligus sebagai momentum merapatkan barisan pengurus partai demi mencetak kemenangan berturut pada Pemilu 2024.
"Dengan ziarah maka ada konektivitas dengan Bung Karno sebagai guru besar. Agar sebagai murid tetap ingat pada guru, tak terjebak pada arus zaman yang individualis dan hedonis," ucap Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul.
Adapun masyarakat Blitar terus bertumbuhkembang bersama simbol-simbol perjuangan Bung Karno yang melekat di setiap sudut kota. Sebut saja Istana Gebang yang jadi rumah masa muda Bung Karno, Alun-alun Kota Blitar yang menjadi lokasi pidato Bung Karno saat pertama kali menginjakkan kembali di Kota Blitar hingga berbagai patung besar Bung Karno.
Tak hanya itu, Blitar juga menjadi kota yang disegani lantaran tak hanya menjadi lokasi makam Bung Karno, tetapi juga menjadi tempat peristirahatan terakhir pendiri Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya.
Karena itu, Sejarawan, Budi Kastowo berpendapat bahwa Blitar menjadi kota yang mewarisi energi para pejuang pendiri Nusantara. Dimana energi itu yang perlu diteruskan ke generasi-generasi mendatang.
"Ketika Blitar mendapatkan amanah alam, ketika Blitar mendapatkan kesempatan menyampaikan pesan kepada Indonesia dan dunia, di sini tidak hanya sekadar terbaring jenazahnya Bung Karno, tapi ada suatu energi yang harus diwarisi oleh kita sekaligus diwariskan kepada generasi yng akan datang," ujar Budi.
Sementara itu, Wali Kota Blitar, Santoso mengakui, bahwa warisan konsep pemikiran Bung Karno, Trisakti telah terpampang nyata dalam keseharian masyarakat Blitar. Konsep Trisakti, yakni berdaulat di bidang politik, berdikari secara ekonomi, dan berprikebadian dalam kebudayaan.
Tak hanya itu, menurut Santoso, makam Bung Karno di Blitar juga telah membawa begitu manfaat dan kebaikan secara ekonomi kepada masyarakat sekitar sekitar. Hal itu lantaran setiap hari makam Bung Karno selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai penjuru Indonesia.
"Jadi Bung Karno tidak hanya saat beliau masih hidup, pada saat meninggal dan disemayamkan di Blitar masih mampu menghidupi ekonomi masyarakat sekitar menjadi lebih baik," katanya.
Selain itu, makam Bung Karno juga menjadi salah satu lokasi faktual pemikiran Bung Karno perihal Bhinneka Tunggal Ika. Menurut penjaga makam Bung Karno, Kahfi Annezar, para peziarah yang datang dari berbagai penjuru berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang agama.
"Kalau mau melihat Bhinneka Tunggal Ika terimplementasikan itu di makam Bung Karno. Ini yang Muslim, Nasrani, yang Budha, Hindu, bareng-bareng berdoa dengan cara masing-masing, tidak ada masalah," ujarnya.
"Makanya saya punya slogan, belum sempurna menjadi orang Indonesia kalau belum datang ke makam Bung Karno," pungkas Kahfi.
(osc/osc)