Jalan Terjal Para Perempuan Dobrak Dominasi Laki-laki di Pilpres 2024

CNN Indonesia
Kamis, 23 Feb 2023 08:34 WIB
Ketua DPR Puan Maharani di antara para perempuan yang juga anggota dewan legislatif. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Perjalanan Puan Maharani dan sejumlah tokoh perempuan menjadi calon presiden (capres) pada Pilpres 2024 dinilai akan sulit karena masyarakat masih memandang sebelah mata sosok pemimpin perempuan.

Bursa capres 2024 selama ini didominasi laki-laki. Hanya segelintir perempuan yang menyelip di deretan kandidat presiden maupun calon wakil presiden.

Selain Puan sejumlah tokoh perempuan yang dinilai bisa bersaing dalam dunia politik beberapa di antaranya adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Keuangan Sri Mulyani, serta mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.

Meski masuk dalam bursa, elektabilitas mereka tak mentereng. Puan dan Khofifah menjadi dua nama perempuan yang paling sering muncul.

Elektabilitas Puan pada survei Populi Center yang dirilis Februari 2023 sebesar 0,4 persen, sedangkan Khofifah 0,5 persen. Angka itu jauh dari elektabilitas nama-nama seperti Ganjar Pranowo (19,8 persen) dan Prabowo Subianto (17,1 persen).

Pasar survei elektabilitas capres alternatif Litbang Kompas, Januari 2023, dua nama itu kembali muncul. Namun, elektabilitas Puan hanya 1,5 persen, sedangkan Khofifah 0,5 persen.

Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi mengaitkan minimnya elektabilitas tokoh-tokoh perempuan dengan budaya patriarki yang masih kental di masyarakat Indonesia. Menurutnya, publik masih memandang kandidat perempuan sebelah mata.

"Akibatnya dalam kontestasi politik, capres perempuan tidak dianggap sesuatu yang luar biasa. Ini membuat masyarakat berpikir bahwa ruang untuk pemimpin publik ya lebih untuk laki-laki ketimbang perempuan," kata Asrinaldi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (22/2).

Selain itu, ia melihat capres perempuan belum memaksimalkan media massa. Dia membandingkan apa yang dilakukan Puan dan Khofifah dengan Prabowo dan Ganjar.

Menurutnya, keempat sosok itu punya kinerja dan pencapaian yang beda tipis. Namun, Ganjar dan Prabowo mampu mengelola isu di publik melalui media massa.

"Prabowo dan Ganjar enggak terlalu hebat betul, enggak ada bedanya dengan Puan. Hanya karena Puan perempuan dan dia tidak memainkan media dengan baik, itu berdampak pada perhatian masyarakat," ujarnya.

Dihubungi terpisah, Direktur Democracy and Electoral Empowerment Partnership (DEEP) Indonesia Neni Nur Hayati juga menilai ada kultur di masyarakat yang menghambat kandidasi pemimpin dari perempuan.

Dia juga menilai partai dan sistem politik tak memberi ruang luas bagi perempuan untuk memimpin. Hal itu membuat laki-laki terus mendominasi percaturan politik.

"Kemunculan tokoh perempuan dalam bursa capres masih minim memperlihatkan juga capres perempuan masih belum dipilih oleh masyarakat dibandingkan capres laki-laki," ujar Neni saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu.

Dia melihat beberapa capres perempuan seperti Puan, Risma, dan Khofifah memiliki kapabilitas baik. Neni menyoroti Puan sebagai salah satu kandidat presiden perempuan paling kuat saat ini.

Menurutnya, Puan telah membuktikan diri dengan mengadvokasi isu-isu perempuan di DPR. Misalnya, dengan pengesahan UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual dan UU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga.

Puan juga berasal dari keturunan pemilik partai politik. Terlebih lagi, PDIP punya tiket emas untuk mencalonkan presiden tanpa perlu suara partai lain. Meski demikian, Neni meragukan kans Puan di tengah kultur di masyarakat dan elite politik.

"Berdasarkan popularitas dan elektabilitas, sebetulnya tidak kalah, berani bersaing dengan kandidat laki-laki. Hanya partai tidak optimal mengusung kandidat perempuan," ucapnya.

(dhf/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK