OPM Ungkap Kabar Terbaru Pilot Susi Air: Kondisi Baik dan Sehat

Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Operasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) kembali merilis foto dan video yang memperlihatkan pilot Susi Air Philip Mehrtens yang disandera sejak awal Februari 2023.

Dalam sejumlah video dan foto yang beredar, pilot berkebangsaan Selandia Baru itu terlihat dikawal oleh sejumlah pasukan yang membawa senjata api dan panah.

Lihat Juga : Alasan Panglima TNI Tolak Bantuan Selandia Baru Bebaskan Kapten Philip

"Update terbaru kami tentang kondisi pilot Selandia Baru di Pos TPNPB di Ndugama Derakma, kondisinya baik-baik saja, aman dan sehat," Juru Bicara Komnas TPNPB-OPM Sebby Sambom dalam keterangannya, Jumat (10/3).

Dalam video yang beredar, milisi yang disebut dengan sebutan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) itu juga menyampaikan sejumlah tuntutan. Di antaranya meminta Selandia Baru menyetop kerja sama militer dengan Indonesia.

"Kami TPNPB minta kepada dewan keamanan PBB, mediasi konflik bersenjata antara TPNPB dan TNI Indonesia di Papua," kata salah satu dari mereka dalam video.

Philip disandera oleh KKB sejak 7 Februari lalu. Ia dilaporkan menghilang tak lama setelah kelompok tersebut membakar pesawat Susi Air di Nduga, Papua.

Lihat Juga : Istana Ungkap Alasan Jokowi Ajak Prabowo saat Panen Raya Bareng Ganjar

Baru-baru ini, Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan operasi militer tidak mungkin dilakukan untuk penyelamatan Philip lantaran khawatir dapat membahayakan sandera ataupun masyarakat setempat.

"Kalau kita mau operasi istilahnya (penyerbuan) serentak, itu khawatir penduduk yang akan terkena karena mereka ini bersama-sama dengan penduduk," kata Yudo dalam konferensi pers, Rabu (8/3).

"Jadi ini bukan penyelamatan di tempat seperti penyelamatan sandera di suatu pesawat enggak, ini dibawa pindah-pindah dan bersama dengan masyarakat," ujarnya.

Yudo menyebut upaya pencarian terhadap Philip saat ini masih terus dilakukan oleh tim gabungan TNI-Polri. Ia pun menolak bantuan yang ditawarkan Selandia Baru.

"Kita tetap melaksanakan gelar tadi, dan sudah kita tempatkan di daerah-daerah khususnya di daerah rawan yang diduga. Kita tidak bisa menentukan 'ohh disini, ohh disini' tapi dari deteksi dari surveilans tadi kita dapat," katanya.