Bupati Sleman Klaim Tambang di Sungai Sekitar Merapi Sudah Disetop

CNN Indonesia
Jumat, 17 Mar 2023 13:56 WIB
Warga mengamati lahan yang rusak karena ditambang secara ilegal dengan alat berat di kawasan lereng Gunung Merapi, Purwobinangun, Sleman, Yogyakarta, Kamis (26/3). (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Bupati Sleman, DI Yogyakarta, Kustini Sri Purnomo memastikan sudah tidak ada lagi aktivitas penambangan di sepanjang aliran Sungai Gendol yang masuk radius 5 killometer dari puncak Gunung Merapi.

Kustini mengatakan, aktivitas penambangan telah ditutup sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) bupati yang ia terbitkan.

SE bernomor 04 Tahun 2023 tentang Penghentian Aktivitas Masyarakat di Alur Sungai yang Berhulu di Gunung Merapi itu dibuat menindaklanjuti Siaran Pers Badan Geologi Nomor:B-85/GL.03/BGV.KG2/2023, tanggal 11 Maret 2023, tentang aktivitas Gunung Merapi terkini. SE tersebut ditandatangani Kustini 15 Maret 2023.

Dalam SE itu, disebutkan masyarakat dan pelaku usaha tidak melakukan kegiatan atau aktivitas apapun di daerah potensi bahaya, terutama di alur sungai sesuai jarak aman sesuai rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta (BPPTKG).

"Kita (pemerintah) prinsipnya menghimbau dengan surat edaran ini melalui panewu (camat) dan lurah. Dan ternyata malah dari pak lurah sendiri sudah menutup jalan akses pertambangan dengan diblokade. Ditutup dengan dikeruk dan ditutup dengan gundukan pasir agar tidak dapat dilalui," jelas Kustini, Rabu (15/3).

"Tadi ada dua lokasi jalur tambang yang saya kunjungi, dan memang benar (ditutup) dan tidak ada aktivitas (masyarakat) lagi. Harapannya kita semua bersabar sampai situasi aman kembali," sambungnya.

Sementara itu, Lurah Kepuharjo Heri Suprapto menyebut penutupan jalur penambangan pasir telah dilakukan sejak Selasa (14/3) pagi. Penutupan dilakukan demi memastikan tidak ada lagi aktivitas pertambangan di lokasi tersebut.

Penutupan demi memastikan tidak ada lagi aktivitas pertambangan di aliran sungai yang berhulu di Merapi.

"Di sini total ada empat jalur tambang dan sudah ditutup semua," kata Heri.

Sebelumnya, seperti dikutip dari Antara, Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengimbau penambang pasir menghentikan aktivitas penambangan di kawasan Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, meskipun di sungai, untuk mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan terkait dengan erupsi gunung itu.

"Jangan ngambil (mengambil) tambang dulu, biarpun di kali (sungai) jangan," katanya di Kabupaten Gunungkidul, Selasa.

Selain itu, ia mengimbau masyarakat menjauhi Gunung Merapi yang masih aktif hingga jarak aman.

"Untuk masyarakat hati-hati saja jangan di pinggir sungai. Kira-kira jaga jarak tiga kilometer dari Merapi," kata dia.

Perbaikan infrastruktur pendukung evakuasi Merapi

Setelah aliran sungai Gendol, Kustini juga meninjau jalur evakuasi yang rusak di jalan Bronggang-Klangon, Umbulharjo, Cangkringan. Kondisi jalan secara umum, menurutnya, sudah baik, namun masih beberapa ruas masih ada yang harus segera diperbaiki.

Kustini mengatakan, pemkab berkomitmen untuk segera memperbaiki jalan tersebut agar bisa dimanfaatkan masyarakat dan tidak menimbulkan bahaya, terutama saat proses evakuasi jika situasi bahaya imbas Merapi mengancam sewaktu-waktu.

"Kondisinya memang berlubang dan karena ini jalur evakuasi kita komitmen untuk memperbaiki. Besok dari tim akan turun ke sini untuk segera dilakukan tindaklanjut," terang Kustini.

Mengenai kesiapan fasilitas kesehatan di Puskesmas Cangkringan, Kustini berharap dengan adanya kesiapan penanganan kedaruratan apabila terjadi situasi yang tidak diharapkan bisa dilaksanakan dengan baik dan tidak ada kendala.

"Setelah saya cek (puskesmas), semuanya sudah siap. Mulai dari tenaga kesehatan, obat dan prasarananya. Semoga situasi tetap terkendali. Dan apabila memang ada kejadian luar biasa, faskes kita juga sudah siap untuk memberikan layanan," pungkas Kustini.

Gunung Merapi di wilayah perbatasan DIY dan Jawa Tengah telah mengeluarkan awan panas guguran sebanyak 69 kali sejak rentetan erupsi yang terjadi Sabtu (11/3) lalu.

Berdasarkan laporan BPPTKG, kejadian awan panas guguran terbanyak tercatat pada hari Sabtu yakni sebanyak 40 kali. Dengan jarak luncur maksimum 3,7 kilometer ke arah barat daya.

Pada Minggu (12/3), awan panas guguran tercatat sebanyak 21 kali. Jarak maksimum 2 kilometer ke arah barat daya. Kemudian Senin (13/3) sebanyak 2 kali dengan jarak paling jauh 1,5 kilometer ke arah barat daya.

Kemudian Selasa (14/3), sebanyak 3 kali dengan jarak maksimum 2 kilometer ke barat daya. Lalu Rabu (15/3), tiga kali kejadian awan panas guguran terpantau dengan jarak luncur terjauh 1,3 kilometer ke arah Barat daya.

Adapun kejadian guguran lava sejak rentetan erupsi Sabtu kemarin yakni sebanyak 97 kali kejadian sampai pagi ini sebelum pukul 06.00 WIB. Aktivitas kegempaan Gunung Merapi per periode pengamatan pukul 00.00 - 06.00 WIB hari ini meliputi vulkanik dangkal (VTB) 5 kali; multifase (MP) 14 kali; dan guguran (RF) 30 kali.

Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran di beberapa titik. Yakni, di Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak.

Berdasarkan pemodelan kedua kubah lava tersebut, BPPTKG menentukan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas di sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 kilometer, Sungai Bedog, Bebeng, dan Krasak sejauh maksimal 7 kilometer.

Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 kilometer dan Sungai Gendol 5 kilometer. Sedangkan lontaran abu vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak.

BPPTKG sejauh ini masih mempertahankan status Siaga atau Level III yang ditetapkan sejak November 2020 silam.

(kum/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK