Ogoh-ogoh Nyepi dari Tanaman dan Pesan Kehancuran Akibat Perang

CNN Indonesia
Rabu, 22 Mar 2023 16:43 WIB
Ogoh-ogoh di Bali dengan tema 'Kali Citta Pralaya' yang artinya dampak dari perang terbuat dari limbah alami atau tumbuh-tumbuhan.
Pawai ogoh-ogoh di Bali pakai limbah tumbuhan. CNN Indonesia/Kadafi
Jakarta, CNN Indonesia --

Kelompok Pemuda, ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Desa Pakraman Sidakarya, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali, membuat sebuah ogoh-ogoh dari limbah alami atau tumbuh-tumbuhan menyambut Hari Nyepi 2023.

Ogoh-ogoh dengan tema 'Kali Citta Pralaya' yang artinya dampak dari perang ini dihiasi dengan tumbuhan-tumbuhan seperti cabai kering, daun lamtoro kering, jeruk purut kering, tulang daun nangka, biji-bijian kacang hijau, limbah kelapa dan limbah bambu.

"Kalau cabai kurang lebih 10 kilo gram, daun kering nangka 8 kilo gram kita ambil limbah, dan kulit jeruk purut 7 kilo gram lebih," kata Ketua ST Tunas Muda Banjar Dukuh Mertajati, Pageh Wedhanta (24) saat ditemui di balai banjar, Selasa (21/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebutkan, bahwa dirinya dengan teman-temannya sudah sejak 2015 untuk konsisten memakai bahan-bahan organik. Pada tahun lalu, ia membuat Ogoh-ogoh dari limbah bekas masker dan arang.

"Jadi yang menurut kami yang cocok dengan tekstur ogoh-ogoh itu yang kami pakai. Dan kebetulan sekarang masuk ke tumbuh-tumbuhan, karena menurut kami cocok untuk tekstur ogoh-ogohnya itu yang kami pakai," imbuhnya.

Ia juga menyampaikan, bahwa Ogoh-ogoh dengan tinggi sekitar 4,5 meter ini sudah dibuat sejak akhir Bulan Desember 2022 lalu, dan yang paling lama proses pembuatan bahan lapisannya yaitu mengambil tulang daun nangka.

"Selama proses tulang daun itu, satu biji daun harus kami sikat sampai dapat tulang daunnya atau seratnya itu yang mungkin perlu banyak waktu. Kita, juga melakukan percobaan kadang-kadang udah dapat banyak, tau-tau tidak sesuai tekstur Ogoh-ogohnya. Kita coba lagi dan buat lagi dari awal dan akhirnya itu masuk ke tekstur ogoh-ogoh baru kita lanjut lagi," ujarnya.

Ia juga menyatakan biaya pembuatan Ogoh-ogoh tersebut kurang lebih sampai saat ini sudah mencapai Rp40 juta.

"Itu rangka di bagian ogoh-ogoh juga lumayan (mahal) dan untuk untuk teman-teman konsumsi dan segala macamnya," ujarnya.

Ia juga menyampaikan, bahwa di Ogoh-ogoh tersebut ada tiga bagian. Untuk bagian terbawah disebut Bedawang Nala yang merepresentasikan bumi. Lalu, di lapisan di tengah menggambarkan korban dari perang berupa nyawa, harta, dan harapan. Selanjutnya, untuk lapisan teratas menggambarkan raksasa yang tak memiliki tangan dan kaki.

Simbol tersebut, rupanya menggambarkan sebuah sosok dengan pikirannya bisa menghancurkan dunia.

"Kami ambil konsep ogoh-ogoh tentang konflik perang. Jadi dalam ogoh-ogoh ini kami berusaha mempresentasikan tentang dampak yang diakibatkan oleh perang. Kalau raksasa kami simbolisasikan sebagai sosok pemimpin atau penguasa yang tidak memiliki tangan dan kaki tapi tangan dan kakinya itu ada di kepala itu simbolisasinya" ujarnya.

"Bahwa sosok itu tidak perlu turun tangan dan kaki untuk membuat sesuatu kacau. Dia, cukup pakai akal bulusnya saja untuk menghasut orang-orang agar dunia ini menjadi kacau. Raksasa ini juga memiliki banyak topeng jadi dia memiliki banyak paras untuk menyembunyikan sifat raksasanya," ujarnya.

(kdf/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER